Kamis, 19 Mei 2016

"Kisah Gotisches Haus dan Salawat"

Di kampus kami memang sudah di fasilitasi dengan sebuah gedung perpustakaan besar. Hanya saja, aku lebih senang mengunjungi perpustakaan kota. Yang letaknya sekitar 10 menit menggunakan Bus.
   Ada yang menarik disana, saat kaki ini hendak berjalan dan melewati Hotel Tradisinal berbintang Empat milik kota kami (Wernigerode Sachsen Anhalt). 
Alih-alih tidak menghiraukannya, aku lebih memilih bersalawat saat menengok ke dalam Hotel beberapa kali. Sepertinya hanya kalangan orang tertentu saja yang bisa mampu menggunakan fasilitas disana. Terang sajakau bisa menebaknya langsung dengan beribu mobil bermerk yang sedang berdiri gagah di tempat parikaran. 
"Wah.. suatu saat aku akan masuk kedalamnya. Sepetinya bbermalam disana sehari sudah cukup. Cukup untuk menghapus rasa penasaranku. Tak apalah nabung beberapa hari untuk masuk kesana." senyum-senyum sendiri sambil menengok papan promosi Hotel.
Sudah tak terhitung lagi langkah kakiku saat melintasi tempat ini. Tujuanku tidak lain hanya satu, ingin mampir sebentar di perpustakanan yang terletak tepat di sampingnyanya.
Bagiku perpustakaan adalah tempat ternyaman selain rumahku sendiri. Aku tipe orang yang menyukai keheningan, kenyamaanan dan keteraturan. 
Penatku akan hilang sesaat setelah melihat rangkaian buku yang berjejer rapi pada rak masing-masing dari mereka. Tak lupa juga dengan warna buku dan ditambah lagi dengan para pekerja perpustakaan yang ramah. 
Aku akui perpustakaan kampus lebih besar 3 kali lipat dari perpustakaan kota. Hanya saja buku-buku nonFiksi milik perpustakaan kota lebih banyak di banding perpustakaan kampus. 
Aku sendiri tak tahu, kapan tepatnya aku jauh cinta dengan buku. Yang aku tahu semenjak duduk di bangku sekolah, aku tak begitu tertarik dengan tema membaca apalai menulis. 
***
Kembali ke kisah hotel berbintang empat tadi. Aku memang berniat untuk suatu saaat nanti akan aku masuki gedung megah ini, duduk bersama dengan para kalangan atas yang ada di sebagian negri. Bukan ingin bersaing, hanya ingin merasakan sesekali apa yang mereka rasakan. Sepertinya nyaman skali didalam. Di tambah lagi aku sempat melewati papan promosi yang dinataranya ada pelayanan Wellnes di sana. Mungkin karena saat itu, pundakku sedang memikul ransel dan terihat lelah. Jadi tidak heran, jika fokusku tertuju padanya.
***
Tepat 2 minggu yang lalu, kampusku mengadakan Proyek mingguan disetiap semseter musim panas. Salah satunya untuk bekunjung ke beberapa perusahaan. Tujuannya tidak lain adalah memberi gambaran mahasiswa tentang apa yang telah di pelajarinya (contohnya seperti struktur organigram pada suatu perusahaan). Waktu yang kami butuhkan adalah sehari atau maximal dua hari untuk proyek ini.
Ada beberapa penawaran proyek diluar jerman.Salah satunya ke paris, praha, truki dan beberapa tempat lainnya. Karena cuaca yang kurang bersahabat, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil tawaran berkungjung ke sebuah bangunan di dalam kota dan beranggotakan 10 orang dalam team kami. 
***
H-7  aku mendapat email dari Professor untuk bertemu langsung di depan  "Gotisches Haus". Berhubung beliau hanya memberikan nama perusahaan atau gedung ini, jadi aku sendiri agak kesuliatan untuk menemukannya. Segeralah aku searching di google, tak tahunya kawan. Gedung yang akan kami kunjungi ini adalah hotel yang aku maksudkan tadi. Selama ini aku tak melihat nama hotel saat melintas di depannya. aku hanya sekilas, membacakan salawat lalu melewatinya begitu saja. 
***
Tepat hari selasa 17 Mei 2016. Aku sudah mengecek keberadaan gedung yang sama dengan gedung yang aku maksudkan. Gothisches Haus, mereka adalah satu (yang aku maksudkan dan yang akan kami kunjungi). 
Kami janjin untuk bertemu di depan Hotel bintang 4 ini jam 10:20. Berhubung jam 10:30 kami bertemu dengan sang direktur hotel.Suatu kehormatan bisa bertemu dengan sang pemilik hotel langsung.

Kami disambut hangat oleh para karyawan dan manager hotel. 
Ternyata kali ini, aku bukan hanya menjadi tamu disana, tapi bisa bertatap muka langsung dengan semua pegawainya. Kami di pandu oleh sang manager untuk masuk ke setiap ruangan yang ada didalam hotel ini. Mulai dari ruang makan, Dapur, ruang rapat, kamar VVIP, VIP dan yang standart juga kami masuki
Setelah berjalan dan ditemani dengan suara khas pak manager. Beliau mempersilahkan kami untuk makan siang sebelum pulang. Gratis tentu saja ^^
Dan kau harus tahu kawan! 
Aku takkan menyesal untuk bersalawat kepada apa saja yang aku inginkan. 
Jika para JIN punya bimsalabim abrakadabra, maka dengan bangga aku mengenalkan "ALLAHUMASALI ALA SAIDINA MUHAMMAD WA ALA ALI SAIDINA MUHAMMAD"
***
Percayalah kawan! It's work.
Tentu saja dnegan niat yang tulus karena Allah ^^
Wassalamualaikum wr.wb.

Wernigerode 19.05.2016

Selasa, 03 Mei 2016

Itukah yang kalian sebut dengan Perang?

Hati mengaung, hanya mulut yang dapat menahannya.
Seperti terisris.
Seperti sesak di dada.
Ingin rasanya mencari kebenaran.

Andai saja umat islam bersatu merapatkan shaf
Berdiri kokoh menggetarkan para kafir Qurais
Jikapu ada wanita yang berdiri paling depan di shaf para pejuang.
Yakinkah hamba ya Allah bahwa itu hamba.

Mati dalam membela agamaMu.
Mati dalam menjalankan tugas mulia.
Daripada berandai-andai, ada baiknya, kita mulai dari sekarang.
Mulai berusaha, menjadi orang yang tidak dipandang sebelah mata oleh mereka.

Postingan tentang mayat berserakan bersama debu.
Gambar tentang kematian anak kecil, para wanita, orang-orang yang tak hubungannya dengan politik dan apapun itu.

Itukah yang dinamakan perang?
Perang macam apa itu?
Ayolah!
Perang itu bukan seperti cara banci bersembunyi.

Hati ini masih meraung sampai pada titik tersesak nafas.
Adakah disana orang-orang yang dapat membantu merapatkan shaf?
Bersama melawan mereka?
Mereka yang tak tahu arti perang sesungguhnya.

Allahhuakbar!!! Sabarkan hati-hati mereka ya Allah. Sesungguhnya Engkau yang lebih tahu mana yang terbaik bagi hambaMu. :')

Salam Rindu bagi kalian para Syuhada.

hati-hati! (Teman = calon mahram)

Aku melihatnya! Seorang lelaki dengan wajah manis miliknya.
Seperti hari-hari kemarin, hari ini ia menari riang di alam bawah sadarku. Seorang lelaki yang ku sebut teman. Teman yang inshAllah aku jaga sebaik mungkin.
Seorang lelaki yang mampu membuat ku tersnyum, tanpa tahu alasan pasti senyuman itu. 
Seorang teman yang kedatangannya membawa ketenangan, kepergiaannya menyimpan rindu. 

Terkadang aku menamai kejadian ini dengan sebutan jatuh cinta. Namun akalku dengan tegas membantahnya. Toh jatuh cinta itu biasa dalam pertemanan. Tak perlu sempit mendeskripsikannya.
Tapi ini agak beda. Aku ingin memintanya untuk jangan memulai percakapan duluan, tapi apa daya, tak ada alasan kuat untuk menolakkedatangannya. Karena tak ada alasan yang kuat untuk memintanya tetap disini. 

"Kau harus jaga jarak dengannya!" Itu pikiran alami karena dia belum menjadi mahrammu.
Tapi, bagaimana dengan wanita-wanita yang berantrian panjang untuk meraih hatimu?
Aku apa kabar?
Aku tak khawatir, jika suatu saat kau memintaku untuk menunggu.
Aku akan dengan sabar menunggu.
Dan perlu kau tahu, semenjak mengenalimu, kata "menunggu" dan aku sudah menjadi sahabat karib.

Minggu, 24 April 2016

Senyuman Nenek

"Jerman" atau lebih terkenal dengan sebutan "Deutschland" di benua Eropa.
Negeri yang terkenal mampu bersaing di kanca International. Baik dalam segi Olahraga maupun Olahotak.
Negara jerman sendiri, terbagi menjadi dua negara bagian. Yaitu Jerman timur dan Jerman barat.
Sejauh ini segi ekonomi dan pembangunan, bagian barat masih unggul di banding bagian timur jerman.
Tak hanya kedua segi itu, ada segi lain yang sampai sekarang masih mengkhawatirkan kami para pendatang.
"Sosialisasi" atau "Interaksi" penduduk jerman asli terhadap non jerman.

Bagi kami yang sudah lebih dari setahun hidup dijerman, bisa membedakan dengan baik mana penduduk jerman timur dan barat.
Penduduk jerman di bagian barat biasanya ramah (kalau disapa, pasti direspon dengan baik) dan juga cepat akrab. Tapi jangan kaget kalau suatu saat, kamu lagi butuh dia dan dia tidak ada disana. Kata "kita" sudah tak ada lagi, saat sudah tak ada urusan satu sama lain.
Kalau orang jerman timur, mereka lebih jujur. Kalau dia tidak menyukaimu, walaupun sudah kau pasang senyum peps*den juga sama aja bung, tidak ada respon. Kalaupun ada respon, pasti ekspersi heran yang kau dapati, heran liat kau yang sok akrab.
Tapi jangan salah, biar kata mereka kurang welcome sama Ausländer alias orang asing,tapi pas sekali dekat, maka kau akan liat sisi lain orang indonesia yang ada pada  mereka. Sisi orang indonesia yang ramah, akrab dan JUJUR.

Saya sendiri sekarang sedang berdomisili di jerman timur, alhamdulillah belum pernah yang namanya di ganggu atau dikatain kasar sama mereka. Tapi tidak untuk yang kemarin. Tahu aja sist, orang indonesia gimana mentalnya, kalau di katain yang gak enak di dengar. Jleb dong, pengen marah tapi ini negara dia. Lagian malas cari ribut juga.

Jadi ceritanya, saya kan baru pulang kuliah sekitar jam 11 siang. Kebetulan ada urusan sedikit di Zentrum (pusat kota). Naik bus lah kesana, sekitar 7 menit. Pas sudah kelar urusannya, saya nengok jam masih 15 menit lagi untuk bus nya nyampe *bus untuk kembali ke asrama.
Berhubung waktu masih memungkinakan saya masuk ke toko untuk beli sabun, jadi singgahlah tu.
Dari arah yang berlawanan di dalam toko, ada seorang bapak, satu anak perempuan kisaran 8 tahunan serta istrinya berjalan berlawanan arah dengan saya. Si bapak dengan gaya khas anak Punk ini langsung nyahut sambil negok saya "Sind wir im Winter? Warum trägt man Kopftuch?"
(Dengan nada menyindir: Kita sekarang masih musim salju? Kenapa pakai jilbab?)
Busett...itu agak jleb sih.
Maksudnya kan gue yang pake pak! ngapain lu yang repot.
Terkecuali kalau gue maksain lu buat pakai tu jilbab, nah itu baru lu protes.*pan yang diwajibkan buat para muslimah bukan musrikin.
Karena memaklumi saya memang hidup dijeman timur, jadi ambil amannya saja. Pura-pura tidak tahu bahasa mereka dan memilih lanjutin apa yg tadi saya lakukan. Ngambil sabun trus menuju kasir. Ternyata si bapak ini masih belum puas. Dia yang tadinya sudah ngantri di kasir yang paling pertama, mau tidak mau saya harus cari kasir lain biar tidak memperpanjang masalah. Jalanlah saya ke kasir yang ketiga dan harus jalan melewati kasir pertama.
Dengan nada yang gemas si bapak tadi lalu menoleh ke arah belakang, seperti hendak mencari saya.
Dan yang benar saja pandangan kita saling bertemu. Suara lelaki bertato itu kembali terdengar "Wozu braucht man Kopftuch in dieser Zeit."  (Untuk apa pakai jilbab di waktu sekarang)
Saya yang segera menuju kasir depan, berjalan dengan tidak memperdulikannya.
     Keluar dari toko dengan hati yang bercampur baur. Nyesel karena nggak balas omongannya, tapi disisi lain senang karena bisa menahan emosi dari hal-hal yang tidak penting seperti tadi.
Sambil nunggu bus yang 8 menit lagi akan sampai. Saya yang masih terus mecoba berdamai dengan hati, dihibur oleh seorang nenek berusia 81 tahun tiba-tiba datang dari arah kanan dan memulai pembicaraan kami dengan tersenyum.
"Woher kommst du?" (kamu asalnya dari mana?) terdengar suara terbata-bata dari arah beliau.
8 menit itu kami habiskan untuk mengobrol. Mulai dari berbincang tentang sejarah jerman dan ceko, tentang kuliah saya dan tentang dirinya yang akan melakukan oprasi lutut kirinya, dalam beberapa bulan lagi.
"Kau kapan selesai kuliahnya nak?" tanya beliau.
"Saya 2018 nek selesainya!" jawabku dengan nada mahasiswa pada umunya *hanya Allah yg tahu kapan penderitaan di kampus berakhir
Dan kau tahu apa kata nenek itu?
Sambil menatapku dengan senyuman, "2018! berarti saya sudah meninggal."
Mashaallah :'( pengen saya peluk tuh nenek.

Bus saya pun datang.
"Itu bus nya sudah datang, ayo masuk!" suara nenek yang mengkahiri pembicaraan kita.
Kami berpisah disana. Saya yang memilih duduk di samping pintu bus menengok ke arah beliau berdiri.
"Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu." gumam saya menyadari keberadaannya yang mendekat ke pintu belekang bus.
Sesegera mungkin saya turun dari tempat duduk dan berjalan ke arahnya.
Kau tahu apa kata dia?
"Kau pasti bisa! waktu sekolah guru wanita saya selalu berkata "Learning by doing". Ayo cepat masuk, pintu bus nya sudah mau ditutup."

Allah :") Ingin menangis.
Bapak ditoko tadi mengajarkan saya kesabaran,sedang nenek ini yang dikirmkan Allah untuk menyembuhkannya.

Oh ya pak! siapa bilang tak ada salju yang turun di musim semi?
Bapak di rumah ada jendela kan?
Ini, salju baru saja turun. Walaupun bukan di musim salju.
Semoga kau tak kesal dengan ku, yang tidak menanggapi perkataanmu kemarin :)
Buat nenek yang memiliki senyuman termanis, makasih sudah mengisi 8 menit saya <3

Begitulah cara Allah menghibur hambaNya. ^_^


Minggu, 17 April 2016

Separuh rindu untuk Mr. B


Mr. Bian!
Lahir 28 Desember 1992.
Tentangga sekaligus orang yang menjagaku selayaknya seorang adik.
Kita berpisah di tahun 2005.
Papa aku, dipindah tugaskan di kota lain.
Sayangnya jejaring sosial masih belum terlalu populer saat itu, sehingga sangat sedikit kemungkinan, kita untuk saling mencari. Akupun tak sempat meminta nomor kontakmu. Maklum saja, anak SD kelas 5 sepertiku tahu apa tentang tukeran nomor.

Juni 2014 aku menemukanmu kembali di Facebook. Betapa senangnya hati ini. Bagaimana tidak? Sudah 9 tahun kita tak saling bersapa seperti dulu. Aku rindu waktu itu, saat kau menunggu di depan rumahku untuk mengaji bersama di rumah pak kyai. "Wah ini beneran dia?" Tak sabar, aku mengutak atik foto di profil FB nya.Wajahnya tak berubah, hanya saja dia lebih terlihat dewasa sekarang. Mahasiswa universitas pasundan bandung? Yah!! tahu gini, saya juga dulu bisa daftar masuk ke uni. yang sama.

1...2...3 bulan aku menunggu, masih tak ada balasan darimu.
Sepertinya kau memang jarang menggunakan jejaring sosial yang satu ini. Aku bisa menebaknya dari sedikit sekali status yang kau tulis, dari pesan dinding ucapan ulang tahun yang tak kau balas satu persatu.

8 September 2013.
Katakan bahwa mereka sedang bersandiwara Bian!
Itu apa-apaan? kenapa mereka mengirim status Rest in Peace di dindingmu?
Oh come on!!!!!! ini tak lucu. Aku belum bilang kalau aku rindu padamu. Aku juga belum cerita tentang keberadaanku di pulau jawa.
Segera aku ambil telepon genggamku dan melacak kebenaran berita ini. Satu persatu teman kecil, aku hubungi.
Dan mereka bilang, benar kau akan di makamkan sore nanti, di tempat pemakaman umum Nabire-Papua.

Tak ada pilihan lain lagi. Segera ku ambil wudhu dan melaksanakan sholat mayat untukmu.
Membaca surat yasin dengan nada membeku.
Aku bersaksi, kalau kita pernah mengaji bersama. Kita pernah belajar sholat bersama.

Entah kapan aku bisa berjumpa lagi.
9 Tahun tak bersama? kini bukan 9 tahun lagi, tapi selamanya.
Alih-laih menunggu penerimaan pertemanan kita, aku lebih baik membatakannya, agar tak terlalu berharap. Berharap dengan seusatu yang selamanya tak akan pasti.

Sekarang aku merasakannya. Kalimat itu!!
"Jika orang yang terkasih bagimu meninggal. Maka yang meninggal itu, pergi dengan membawa separuh hati orang yang ditinggalkan. Dan orang yang ditinggalkan, hidup dengan separuh hati yang tersisa."

Semoga Allah mengampuni dosamu dan meridhoi untuk berada jauh dari neraka yang Ia ciptakan
Salam rinduku dalam lantunan Al-fatihah, untukmu Febian Hayatullah kumaini Hanafi.

Jumat, 15 April 2016

Dibawah Langit Triton Kaimana

Siapa yang tidak kenal dengan kaimana? Salah satu kabupaten di Papua Barat, yang diresmikan pada tanggal 11 April 2003.
Kami menyembutnya negri senja. Negri kecil, yang kaya akan potensi alam dan budaya.
“Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.” Pribahasa yang pas, jika kau berkunjung di negri kami ini.
Maksudnya, kau tidak hanya bisa menikmati senja yang telah ditawarkan langit, tapi juga tentang keragaman suku, bahasa dan keindahan laut.
Cerita ini dimulai, pada bulan April 2012. Saat itu, kaimana menjadi Tuan Rumah MTQ tingkat Provinsi Papua Barat. Tidak heran, jika kami selaku tuan rumah menginginkan yang terbaik bagi para pengunjung.
Ada yang unik disana. Bila ada acara besar seperti ini tiba, kami lebih nyaman menyambutnya dengan cara Tradisional. Salah satunya, memasak makanan dengan menggunakan kayu bakar. Tentang kompfor? Kami memilih melupakannya sejenak. Bukan tak tahu cara menggunakannya, tapi ini cara kami untuk menjaga kerukunan didalamnya.
Di jamin, kau pasti iri dengan keakraban kami. Jangan kau tanyakan tentang agama kami. Jika berkumpul seperti ini, maka jarak antar mesjid dan gereja, tidaklah sejauh itu.
Kebetulan guru Agama (islam) saya Pak Ahmad Nasrauw, termasuk kedalam Panitia penyelenggaraan MTQ. Salah satu tugas beliau adalah menyampaikan undangan ke beberapa kampung dan skaligus menyiapkan kayu bakar untuk perlengkapan konsumsi.
Lalu timbullah inisyatif dari guru kami ini, untuk mengumpulkan dahan kayu kering di beberapa Pulau terdekat. Singkat cerita, saya dan beberapa teman kelas diajak beliau untuk turun ke lapangan. Tentu saja dengan izin orang tua terlebih dahulu. Kami yang keseluruhannya berjumlah 20 Orang (7 perempuan dan 13 laki-laki), siap untuk berangkat keesokan harinya.

Tepat pukul 08:00 WIT, kapal kami bertolak dari pelabuhan kaimana menuju arah tenggara kota ini. Perlengkapan yang kami bawa pun, hanya seperlunya saja. Kami juga mempersiapkan beberapa barang untuk bermalam. Takutnya, waktu tidak memungkinkan untuk kami kembali dalam sehari.
Beberapa pulau sudah kami singgahi, tak terasa sampailah kami pada pulau yg terakhir, “Triton” namanya. Beberapa jejeran pulau kecil, yang sekilas mirip seperti Raja Ampat. Tapi karena Triton ini, belum terlalu di expose, jadi ada baiknya bagi mereka yang mengejar kenyamanan tanpa mengeluarkan banyak Budget untuk hal satu ini.
Jarak tempuh dari Kaimana ke Triton, kurang lebih 2-6 Jam. Tergantung transportasi apa yang digunakan saat itu. Kalau ingin bersantai-santai ria seperti kami, bisa juga menggunakan kapal nelayan dari masyarakat. Soal  harga Transportasi, bisa dirundingkan lagi dengan sang kapten. Berhubung kami sedang melakukan tugas bangsa dan negara, jadi terhitung gratis

Saya harus akui keindahan senja di negri ini. Tapi baru kali ini, tampak sisi lain dari keindahan kota kami. Hanya ada dua kata, saat kapal kami ingin bersandar di pulau ini “TERLALU INDAH”. Pasir putih yg terbentang dipesisir pantai, udara sejuk yang berhasil mengundang keheningan dan air laut yang sekilas seperti kaca. Bukan hanya itu, tak ada jejak kaki disana. Permukaan pasir, yang sedikitpun belum tersentuh oleh kaki manusia.

 “Tssssssss...” Terdengar suara hempasan tubuh seorang teman dari belakang kapal. Suara itu sekaligus, menjadi pembuka keheningan kami. Satu persatu, mulai melompat dengan gaya bebas. Ada yang langsung lompat, ada yang menggunakan pelampung terlebih dahulu kemudian melompat (ini yang tidak tahu berenang), ada juga yang menunggu hingga ke bagian dangkal pantai karena tidak tahu berenang, skaligus tidak ingin memakai pelampung (ini saya).
Melompat kesana kemari dan membangun istana kecil diatas pasir. Tidak terasa, kanvas biru langit mulai berwarna jingga. Kami yang sejak awal, sudah menduga akan bermalam di pulau ini. Tidak begitu terburu-buru, untuk menikmati air laut. Setelah puas bermain dengan air laut. Sesegera mungkin membasuhi tubuh kami dengan air tawar,  yang sudah disediakan pak Ahmad. Beliau memang sudah mempersiapkan segala kemungkinan dengan matang.

Semuanya terlihat sibuk memasang tenda, menyiapkan perlengkapan dapur, menyalakan lampu gas dan ada juga yang mempersiapkan makan malam.Kami sengaja menjulurkan terpal biru diantara tenda putri dan putra. Anggap saja, terpal ini ruang tengah kami untuk berkumpul.Jadwal malam ini adalah sholat, makan malam dan kemudian buat api unggun (sambil membahas jadwal untuk keesokkan harinya). Duduk melingkari api unggun, ditemani nyanyian ombak yang perlahan menghilang.

Tak terasa pagipun tiba. Setelah sholat subuh berjamaah, kami menyantap sarapan (yang sudah disediakan ibu Mina). Setelah itu, bergerak mencari anggrek di sekitaran hutan pulau ini. Alih-alih berniat mencari anggrek, saya dan beberapa teman yang tidak begitu tertarik dengan bunga, berinisyatif untuk menjelajahi sisi lain dari pulau ini. Kami sengaja terpisah dengan kelompok lainnya, demi menjelajahi pulau ini. Dan demi Tuhan. Itu terlalu indah untuk sebuah pulau. Bagaimana tidak! Bayangkan saja, kau berdiri di sebuah tebing yang tidak terlalu curam, lalu dari atas tebing kau disuguhi panorama laut biru tanpa ada pijakan pasir dibawah. Menghirup udara pagi yang membawamu sesaat ke dimensi lain. Mungkin saya akan dengan senang hati, jika tersesat dipulau seperti ini.


Berhubung Batrei Hp saya tak bisa diajak kompromi, jadi foto yang di dapatkanpun  hanya beberapa saja. Tak apalah! Tak perlu lensa kamera untuk menggambarkan keindahan pulau ini. Karena percuma saja, apa yang terbentang luas didepan sana, tak bisa disimpulkan semudah itu dengan hanya memandang sebuah gambar. Percayalah! Ini bukan tentang promosi atau apapun. Hanya ungkapan hati yang jujur akan negri kami. 

(Kiri ke kanan: Hervandy, Khaidir, Wahyu, pak kella, ibu Ria, Christi, Eko, Hajia, Saya)

(Baju Biru itu pak Ahmad guru agama kami)

(Berpose ria dengan anak-anak Rohis)

(Waktu basuh badan dengan air tawar)

(Perjalanan pulang ke kota kaimana)

Selasa, 12 April 2016

22 Tahun

Waktu masih menunjukkan pukul 16:08 (12.4.2016) 
Entahlah seperti apa saya, jika kembali ke 22 Tahun yang lalu. 
Masih berselimut perut mama. Bergerak terbatas dan mungkin tak ada teman bicara. 
Hari ini, hari terakhir saya berada di perut mama. Tepat dibawah jantung dan hati beliau. 
   Umur 22 Tahun.  Saya tak merasa ada yang spesial di sini. Sebenarnya yang spesial inshaAllah ada, tapi tak tampak di mata. Yang spesial "Apakah Allah, meridhoi kehidupan saya selama 22 Tahun di dunia ini?"
Jikapun ingin merayakan, maka saya sendiri tak ada alasan yang kuat untuk merayakannya.
Maksud hati ingin merayakan, tapi tak ada tujuan yang pasti dalam perayaan ini. Hanya tak tahu, atas dasar apa perayaan ini.
Kebetulan besok saya tak ada jam Kuliah seharian. Tak tahulah, apa yang nanti terjadi. 
Semoga saja, cuaca diluar bagus. Setidaknya untuk tidur :D
----------------------------

Minggu, 10 April 2016

Acara Sprachtandenz at Kampus Hocschule Harz

Dan besok adalah hari dimana kami akan tampil untuk menyanyi.
Sprachtandenz atau pertukaran bahasa antar negara.
Setiap tahun kampus kami mengadakan acara ini.

Tepat seminggu yg lalu, ada pesan singkat via WA dari seorang sahabat di kampus. Rupanya dia salah satu pengurus acara Sprachtandenz di kampus kami. Sprachtandenz itu, acara pertukaran budaya di grup2 kecil seperti ini. Kenapa di grup kecil? Katanya biar lebih intensif, jika ada yg mau mengenali bahasa atau budaya satu sama lain. Ada games juga disana, sebagai pencair suasana awal.
Berhubung di kota, sekaligus kampus saya cuma ada 2 org indonesia, jadi kami di minta untuk mengisi acara, yg diadakan pd hari senin lalu 11 April 2016. Syukur ada ezra dan olin yg mau jauh2 datang dari kota seberang. Many thanks juga buat ade Monica yang sudah bersedia di belakang layar.
Teman-teman bisa lihat video di bawah ini, pada acara kemrin.


Walaupun suara kami tak sebagus penyanyi asli, tapi setidaknya mereka bisa mengenali Indonesia dari kami.

Cinta dan Rahasia (Me ft.Ezra) https://www.youtube.com/watch?v=XuQEN6LOhS0
Flashlight (Carolin ft. Ezra) https://www.youtube.com/watch?v=zIjyJQXJ6GY
"Nur mit dir" /Hanya denganmu(Ezra) https://www.youtube.com/watch?v=2eNJMPHrcCU


Selasa, 05 April 2016

Keteduhan malam yang mengantarkan wajah teduh darinya

Udara dingin, hujan, guntur, kilat dan dilengkapi dengan badai malam itu. Membuat hampir tak ada aktivitas manusia di luar sana. Tepatnya kamis malam, aku masih ingat hari itu. Hari dimana ayah mengingatkan kami untuk membaca Al-khaf. Badai, kilat dan guntur sudah redah. Namun di luar rumah, masih tersisa hujan rintik dan udara dingin.
Malam ini tak seperti biasanya ayah dan adikku sholat dirumah, sholat berjamaah dengan aku, ibu dan kakak ati. Sebelum aku lahir, ayah dan ibu sengaja membuat musolah di ruang depan samping ruang tamu. Yang fungsinya selain untuk sholat, kami juga biasa bersenda gurau disana. Mengaji, berdiskusi, bahkan ayah sering membawa bekal ceramah yang beliau dengar di Masjid untuk diceritakan ke kami. Tentu saja bergiliran dengan apin adikku.
Kembali lagi ke suasana malam itu yang dingin dan berembun. Tepat jam 20:15 WIT. Ada suara ketukkan pintu didepan rumah kami. Itu terdengar agak samar, karena beradu dengan bunyi hujan yang turun.
"Assalammualaikum! Assalamualaikum!" terdengar suara seorang lelaki.
"Walaikumsalam!" balasan salam dari ayah, yang membuat aktivitas kami berhenti sejenak.
"Ayah! balas salam dari siapa? memangnya ada yang beri salam?" tanya ibu penasaran.
"Lah ibu gak dengar? itu ada orang diluar." jawab ayah sambil berdiri menuju ruang tamu.
Aku, ibu dan kakak saling bertatapan penuh tanya. Siapa yang bertamu dengan cuaca tak berahabat sperti ini? Mungkin mendesak.
"Eh silahkan masuk!" sapa ayahku dengan nada bersahabat.
Nampaknya ada 2 suara lelaki diluar sana. Mungkin teman ayah.
Tak berapa lama kemudian. Ayah memanggil kakak untuk menyeduhkan minuman hangat untuk para tamu.

Jam dinding menunjukkan pukul 20:30. Sudah 15 menit mereka berbincang, namun pembahasan kali ini sepertinya sangat serius. Dari suara ayah dan kedua tamu ini, nampak suara pak kyai yang paling khas dari suara tamu lelaki yang satunya.
Setelah kakak balik dari ruang tamu, tak menunggu lama untuk mewawancarainya.
"kak! Itu pak Kyai dengan siapa?" bisik ku.
"Nggak tahu dek, mungkin anak muridnya pak Kyai. Kakak juga belum pernah lihat sebelumnya."jawabnya dengan santai.
"Kak! wajah lelaki yang sama pak kyai itu adem banget ya k'!" masih dengan suara berbisik.
"Loh kok kamu tahu? kakak aja yang ngantarin minuman kedepan gak tahu." tanyanya heran.
Sambil cekikikan "iya hehehe tadi aku ngintip di balik pintu."

[Beberapa menit kemudian]
Ayah memanggil ibu untuk bergabung dengan mereka, tak lupa juga dengan ati, kakakku.
Aku yang sejak tadi sudah di buat penasaran oleh niat kedua tamu ini, masih memikirkan berbagai kemungkinan di dalam musolah. "Mungkin mereka sedang berdiskusi untuk acara di masjid dua minggu mendatang. Atau mungkin (sambil senyum) itu calon suami kakakku yang dijanjikan Allah selama ini hihihi aamiin.
"Jadi begitu bu, kedatangan kami, kiranya bapak sekeluarga bisa merespon maksud kedatangan kami, paling lambat 3 hari lagi. Jika sudah siap, bapak bisa memberi kabar kepada saya. Ini nomor saya." sambil menyodorkan kartu nama pak kyai.
"Makasih banyak pak! maaf mengganggu waktunya. Kami pamit dulu!" lanjut pak kyai.
Saya yang tak begitu dengan jelas mendengar percakapan mereka, berusaha menyibukkan diri dengan membereskan sajadah dan mukena yang tadi kami gunakan.
 "Iya hati-hati pak! Salam buat ibu dirumah!" suara lembut ibu mengantarkan mereka di depan pintu.

[Akhirnya kami kembali berkumpul di musolah]
Adikku apin yang sudah sejak tadi beranjak ke kamarnya, tidak sedikitpun menghilangkan niatku untuk mengikuti jejaknya (tidur terlebih dulu dan kehilangan informasi penting ini).
Suara ayah segera menutupi keheningan.
"Menurut ayah, tak ada salahnya kamu ikhtiar kak. Isi biodata ta'aruf kamu yang dikasih pak ustad tadi. Jika kamu siap dan mengisinya. Maka ayah akan mengabarkan pak kyai secepatnya. Atau ada baiknya, kamu istikhoro dulu. Kalau setelah 3 hari kamu masih belum yakin dan masih ingin istikhoro, nanti ayah minta waktu lagi untuk kamu. Bagaimana bu?" menoleh ke arah ibu.
"kalau ibu inshaallah yakin, pilihan kamu adalah pilihan ibu juga. Ibu sudah memberikan yang terbaik untuk mendidik anak-anak ibu. Jadi inshaallah, kamu bisa terapkan ajaran itu, untuk menjadi amalan sekarang." jawab ibu.

"Jadi kau dilamar kak? wah hahahaha...akhrinya laku juga! Alhamdulillah ya Allah." Kegilaanku kemudian kambuh. Padahal kakakku yang dilamar, aku yang senang. Syukurnya kegilaan itu tidak berlangsung lama. Tatap mata ibu yang seperti ingin mengusirku keluar dari ruangan, membuat suasana kembali hening.
"Sebelumnya trimakasih karena ayah dan ibu, sudah berkenan mendengar pendapat saya. InshaAllah nanti malam dan beberapa hari kedepan saya akan sholat istikhoro dulu. Setelahnya jika saya yakin, maka jawabannya akan saya sampaikan ke ayah dan ibu segera. Saya juga mohon doa agar Allah memudahkan segalanya dan inshaAllah memberikan yang terbaik pula." jawabnya dengan bijak.

"What???? hahaha sudah kayak di sinetron saja. Itu tadi barusan mereka sedang main film kan? hahaha..kenapa si kupret ini berubah jadi bijak hahaha (sambil senyum-senyum sendiri)"

"Baiklah! Kita sudahi saja diskusi ini. Ayo tidur! Biar bisa bangun qiyamulail." ajak ayah.
"Loh kita yah? kan cuma kakak yang sholat." (cetusku)
"Ketahuan jarang sholat malam kamu dek! (sambil menjulurkan lidah kearahku)."
Aku yang tak bisa membalasnya, hanya bisa terdiam. Memang benar, diantara keluarga kami, kakakku lah yang paling rajin beribadah sunnah. Tentang sholat wajib? jangan tanyakan lagi, beliau yang sering mengajak aku dan ibu, jika menunda-nunda sholat.

[3 Haripun berlalu]
Semalam kakak, ayah dan ibu sudah berdiskusi kembali soal ini. Dengan jawabannya, aku dan adikku pun tak tahu menahu soal kelanjutan ceritanya.
Aku baru tahu dua hari kemudian dari beberapa lembar kertas yang tertata rapi diatas meja kerja kakak.
"Biodata Ta'aruf" Jrengggg....
Niat awalku mau membacanya. Hanya saja, sudah dicegat duluan oleh si calon pengantin wanita ini. Acieeee...
"Baca sama-sama yuk! Tapi panggil ibu juga." ajak kakakku.
Wahhhh hahaha siap bos! aku panggil ibu dulu.

Singkat cerita, ini ikhwan adalah lulusan UGM Jogjakarta. Beliau sekarang bertugas di Padang sebagai dokter anak. Beliau yang kebetulan tinggal di jogja dan beberapa tahun lalu tak sengaja bertemu kakakku waktu sedang kuliah di Solo. Mereka bertemu, saat kakakku berkunjung ke jogja, entahlah tepatnya dimana. Nah dari situ, timbul rasa suka. Cumannya kata si pak dokter ini, waktu itu dia masih sibuk ngurusin kuliah dan belum siap untuk memikirkan hal lain. Si pak dokter ini sebelumnya memang tidak bertegur sapa dengan kakakku. Tapi beliau diam-diam mencari tahu kakakku lewat beberapa perantara. Terutama lewat sosial media. Sejauh ini, hanya itu yang aku masih ingat tentang si ikhwan ini.
Sholat wajib inshaAllah lancar, mengaji juga lancar inshaAllah. Bagaimana tidak? sebelum memutuskan untuk bekerja sebagai dokter di padang (kota kelahirannya). Beliau sempat mondok di pesantren Al Huda Solo.
Untungnya, Allah membantunya menyimpan perasaan yang selama ini ia pendam.
Usut punya usut, istri dari pak kyai ini ada darah padang juga. Jadi si ikhwan ini sekalian mencari info orang padang yang tinggal di kota kami.
Oh iya, namanya Muhammad Azmi abdillah (yang mana arti Azmi sendiri adalah keteguhan hati *ini juga aku cari artinya di google).
MashaAllah :') jadi iri aku padamu kak.
Dalam semalam saja, Allah buat semuanya menjadi jelas. Jadi untuk apa kau takutkan? Dan saat itu seluruh alam semesta bergema takbir untuk merayakan kesabaranmu. Hanya sebentar saja kak, sebentar lagi. Perkaya hatimu dan lisan dengan dzikir, dengan kalimat yang baik lagi menenangkan.
Tetap pertahankan amalan wajib dan perbanyak amalan sunnah.
Semoga Allah, para penghuni surga, serta para penghuni bumi ikut senang dengan hari itu.
Hari dimana kau diserahkan dengan ikhlas dari ayah, ke tangan lelaki asing yang menjadi penuntunmu ke surga Allah.
Secepatnya :D






Senin, 28 Maret 2016

Go Sitti!!!!!

Kali ni bukan cerita tentang lomba lari atau semacamnya. Ini tentang ujian kelompok/Individual di kelas.
Jadi ceritanya itu... di semester 3 seperti sekarang, dari pihak kampus lebih mengutamakan persiapan praktek di semester 4 nanti. Alhasil, kita disuruh untuk buat beberapa projek.

Projek yg saya masih kurang percaya diri ini membahas mengenai Wischenschaftliche Methodenlehre. Jangan tanya ke saya topik ini, spesifiknya tentang apa? Saya sendiri masih belum ada gambaran. Mungkin karena kitanya baru tatap muka satu kali dengan si professor ini, jadi saya nya masih belum terlalu paham dengan projek ini. Sejauh ini, yg saya tahu kita diminta untuk mengambil satu topik dan meneliti kembali. Wallahua'lam apa jadinya nanti :'
***
Yang kedua ini, kita buat kelompok (satu kelompok 4 orang). Jadi disitu ada saya, Magda, Verena dan Fenja(dibaca fenya).
Topik kami tentang Bergbahn (kereta gantung). Jadi ceritanya, kami berempat ini punya satu perusahaan kereta gantung di pegunungan Alpen. Mencoba untuk mempertahankan dan membuat semenarik mungkin bisnis kami ini dengan ide-ide terbaik kami *jhahaha
Siap gak siap, harus siap lah ya!
Saya yg belum pernah lihat pegunungan Alpen apalagi main ski disana, sudah tahu kan reaksinya kayak gimana?
Kabar baiknya tiga teman saya ini, semuanya sudah beberapa kali pergi ke destinasi Ski di Alpen sana. Bahkan dari SD pun, mereka sempat mengunjunginya. Alhamdulillah itu kabar baik karena setidaknya dikelompok kami sudah ada yg dapat gambaran.Kabar kurang serunya adalah hanya saya sendiri yg masih butuh waktu untuk berlari ke arah pembicaraan mereka.
Bagaimana tidak, kita kan ada 4 orang ni. Nah trus yg 3 ini masih nyambung, kalau ngomongin perumahan untuk istirahat di Alpen yg masih itu-itu saja, cuma di renovasi sedikit. Trus Harus antri kalau lagi musim dingin.
Alahamdulillah sejauh ini, saya masih paham dengan ide-ide mereka. Walaupun harus berusaha extra untuk nyambung ke percakapan mereka.
Ok baik! Mungkin kali ini internet dan imajinasi adalah hal yg bisa diandalkan.

Besok ini (29.3.2016) tepat jam 15:00 CEST (waktu indonesia bagian jerman), kami akan berkumpul untuk membahas Logo, visi/misi dan beberapa hal yg diperlukan dalam presentasi nanti.
Tugas saya pada presentasi nanti, membahas mengenai visi dan misi perusahan kami.
Magda yg bertugas membuka presentasi, kemudian diikuti dengan saya yg membahas mengenai visi dan misi kami, setelah itu Verena tentang data statistik, dan yg terakhir Fenja tentang kesimpulan dan penutup.
Total waktu presentasi adalah 7 menit. InshaAllah bisa.
***
Itu sih, kedua pelajaran yg saya sendiri mencari gambaran.
Pelajaran yang ditawarkan di semester ini adalah Bahasa Inggris, Organisasi, Personal Tourismus, Einführung Tourismusmarketing, e-Tourismus, Investition dan Finanzierung.
Sembilan mata kuliah untuk semester ini.
Bismillah!!! Mohon doanya, inshaAllah lancar.
Nanti inshaAllah kalau ada waktu dan berita baru soal pelajaran-pelajaran ini, saya balik lagi untuk lanjut tulis. Sip!!


Jumat, 25 Maret 2016

Bunga dan Stasiun Kereta

Mungkin reaksimu akan sama sepertiku. ketika tahu bahwa bunga secantik ini, bisa tergeletak tak berdaya, tepat dibawah tangga keluar milik stasiun.
Bunga kuning, yg terhempas jauh dari pot miliknya.
Para penumpang yg saat itu sedang sibuk berlalu-lalang, tak ada yg berhenti dan memperbaikinya. Mereka hanya memberi ruang, agar bunga itu tak sengaja diinjak. Aku yg berada di barisan para penumpang, yg sama egoisnya dengan mereka. Membiarkannya begitu saja. Tapi sebenarnya aku tak seegois itu, aku ingin berjalan kearah bunga ini, kemudian ku masukkan ia kedalam pot miliknya, lalu kembali berjalan.
Mengingat bahwa kereta yg aku tumpangi akan berjalan sekitar 20 menit lagi. Maka, itu sudah cukup untuk memberikan sedikit ibah padanya.
Tapi sayang, aku tak berhenti memperbaikinya. Aku malah berjalan dan mengacuhkannya.
Tak jauh dibelakangku, ada seorang ibu-ibu paruh baya yg mengenakan jilbab putih (sepertinya belau orang turki), berjalan menuju bunga malang ini. Memperbaikinya, lalu menaruhnya dipinggir tangga.
***

7 menit tersisa...
"Nanti kalau dibiarkan begitu saja distasiun, lalu siapa yg bersedia merawatnya?" pikirku dalam hati.
karena kepikiran dengan bunga itu, akhrinya kuputuskan untuk membawanya pulang ke rumah.
Bergegas keluar dari kereta, lalu berjalan kearah bunga kuning dengan pot oranges ini.
Meraihnya, lalu beranjak kembali ke kereta.
Sebenarnya, aku bukan tipe orang yg pandai merawat bunga, tapi ya sudahlah...dari pada tidurku malam ini tak nyenyak karna si bunga ini, jadi tak masalah. Toh ada kaktus juga dirumahku. Biar si kaktus bisa senang kalau aku bawain teman barunya.
***


Sehat-sehat ya kaktus sama bunga kuning!! aku ibu angkat kalian ini, inshaAllah bisa amanah dalam merawat kalian.



Rabu, 23 Maret 2016

Tentang kau yg Hadir Berulang Kali

Ini aneh, tapi memang begitu keadaanya.
Kau sudah beberapa kali datang ke dalam mimpiku. Bukan itu saja, mimpi yang kau tawari semuanya sama. Tak ada yang berbeda. Maksudku, semua mimpi itu hampir sama.
Dari lima mimpi, dua diantaranya dalam kondisi yang sama.

Mimpi pertama, kita berdiri agak berjauhan (kurang lebih lima langkah jarak kau dan aku). Tepat disitu! Ditengah persimpangan jalan. Hijaunya ladang mengelilingi kita dan nampaknya sang fajar baru saja keluar. Udara segar dan keheningan, hanya mereka yg kudapati disana. Kami saling berhadapan, namun sayangnya tak ada kata yg terucap. Hanya ada jarak dan tatapan yg memperjelas suasana.
Saat itu, kau seperti ingin mengatakan sesuatu pada ku.
Mungkin kau ingin berkata "Hai! Sudah lama skali tidak bertemu. Kau tahu, aku merindukanmu." Kau ingin sekali menggengamku erat dalam kerinduan.
Kali ini buka cerita dongeng para punjangga cinta yg merindu, ini begitu jelas.
Bukannya berjalan kearahmu, aku malah berbalik 90 derajat. maksudku, aku tak tahu pasti. Aku sedang menoleh kearah kiri dan ingin segera berbalik. Namun sayangnya, aku terbangun.
***
Mimpi kedua, sama hal nya dengan mimpi pertama. jangan kau tanyakan berapa persen kemiripannya. Semuanya sama persis. Tentang persimpangan di pinggir ladang dan udara segar pagi itu.
Okelah! mungkn kata orang, kalau mimpi yg sama bisa terjadi berulang kali, karena si pemimpi ini terlalu kepikiran dengan mimpinya. Tapi masa iya? Mimpi yg kedua ini terjadi 3 bulan setelah mimpi pertama. Dan keesokan paginya, aku baru sadar, kalau mimpi ini sama dengan waktu itu.

Gambar tempat mimpi itu kurang lebih sepeerti ini. Bedanya, dimimpi ladangnya masih hijau.

***

Mimpi ke 3 (masih tanpa kata)
Dimana dalam mimpi ini, kita berada di pinggir pantai. Matahari menampakan sinarnya, seakan ingin berpamitan menjemput malam.
Kali ini kita tidak sendiri. Ada banyak orang di sekitar pantai. Ada keluargaku juga disana.
kau hanya terduduk, di atas bangku kayu yang panjang.
Tatapan yg sama dengan mimpi sebelumnya. 
Seperti menatpku dan berharap aku dapat membalasnya dengan tatapan yg sama.
Namun sayangnya, aku membalasnya dengan tatapan penuh tanya. "Sedang apa kau disana?"
*** 

Mimpi ke 4
Ini masih tentang pantai.
Aku yg tak tahu berenang ini, sedang berendam ria di kedangkalan air laut. Ada beberapa orang remaja disana. Jangan kau tanyakan siapa saja yang kali ini hadir dimimpiku. Karena aku sendiri tak mengetahuinya. Wajah mereka seperti asing bagiku. Namun anehnya lagi, kami seperti sudah saling kenal. Ada beberapa orang cowok dan cewek disana.
Tak beberapa lama berendam, ada secarcik kertas atau sapu tanganku yg hanyut ke arah laut. Syukurnya ada seorang pemuda yg bergegas berenang kesana dan meraihnya. 
Aku yg tak berminat lagi untuk menikmati air laut, akhirnya beranjak ke sebuah pondok dipinggiran pantai.
Saat itu kostum yg aku gunakan: Celana lejing, mangset dan jilbab hitam bersamaan.
Setelah rehat sejenak di pondok, tiba-tiba aku baru sadar kalau kau sedang melambaikan tangan memanggilku dari luar gubuk ini. Lagi-lagi kau sedang duduk di bangku kayu tadi. Berbicara dengan seorang bapak yang sepertinya, kau sendiri tidak mengenalinya.
Aku sebenarnya ingin segera menghampirimu. Hanya saja, kondisiku saat itu sedang memakai lejing, yg aku sendiri tidak nyaman untuk mengenakannya. Sesegera mungkin ku cari rok yg ingin aku kenakan. Sayangnya aku tak menemukannya. yang kutemukan hanya ada kakakku yg melintas begitu saja, dengan menggunakan jilbab panjang nan syar'i berwarna ungu. Kami tak bertegur sapa saat itu.
Aku tersadar, kalau kau sedang menungguku didepan sana.
Tak ada rok, tapi ada jilbab segi empat warna ungu, yg tergantung di sisi gubuk. 
Sesegera mungkin, aku meraihnya serta menjadikan rok sementara. Maksudku, aku menjulurkannya, kemudian mengikat ujung jilbab ini kepinggang sebelah kiri (yg nantinya lekukang tubuh tidak mudah terlihat). 

Kulangkahkan kakiku ke luar pondok, dengan tujuan ingin menemuimu. 
Yang benar saja, aku malah berbicara dengan seorang ibu-ibu paruh baya, yg akan pergi melihat kapal. 
Lalu yg kulakukan adalah pergi dengan ibu itu, lalu melupakanmu begitu saja. 
*** 
Sungguh tak bermaksud untuk melupakanmu. 
Kau lihat bukan? niat awalku adalah memenuhi panggilanmu?
Tapi mau bagaimana lagi. Mimpi terkadang tak bisa dikendalikan begitu saja. 
Sepertinya, mimpi ini lebih jujur. Aku hanya melakukan apa yg INGIN aku lakukan. 
Tentang Tujuan awalku?
bisa dipikirkan nanti saja, kalau sudah terlintas.
Setidaknya ke INGINan juga sebagian dari tujuan.
Hanya saja tujuan kali ini... adalah tujuan yg JUJUR tanpa paksaan.

Tentang kesimpulan mimpi
Kata guru agamaku "mimpi yang sebenar-benarnya mimpi, adalah mimpi yg dianugrai oleh para kekasih Allah, seperti nabi..rasul..dan orang-orang berilmu lainnya. Sisa dari itu, adalah mimpi yg 50:50, bisa ada artinya dan bisa juga tak ada artinya."
Tapi ni tapi...katanya juga "kalau mimpi yg baik itu, semua datangnya dari Allah. Jadi mimpi yg menakutkan atau membuat tidak tenang si orang yg bermimpi ini, berarti mimpi itu dari setan." Wallahua'lam.
*** 
Sejauh yg aku tahu, kau sedang mengamatiku dari jauh. Memang benar ada jarak benua yg memishkan kita untuk sementara. 
Aku sibuk dengan duniaku. Dan kau masih terjaga untuk mengamatiku dari kejauhan.
Trimakasih untuk waktumu yg kau bagi padaku.
Semoga dimimpi yg lain, bukan hanya hening, tapi ada kata diantara kita. 
Walaupun hanya sekedar sapa. Setidaknya aku tahu, kau masih ada disana. Di MIMPIKU.

 Salam rindu!! 
dari sahabatmu 

Selasa, 22 Maret 2016

Hallo Mr. Blonde Haare!

5 Menit sebelum memulai pelajaran, dosen belum juga terlihat di depan ruangan. 
Berada di jerman hampir 3 tahun, kau pasti sudah mengenal karakter mereka seperti apa. Disiplin! tentu saja.
Selang 4 menit berlalu, sang dosen baru muncul.
Siang itu, mahasiswa yang hadir cukup memenuhi ruang kelas. Terang saja, untuk ruangan sebesar ini, terlihat hanya beberapa bangku yang kosong.
Ruang kelas yang berbentuk horsal. Bangku berjejer rapi serta bertingkat ke atas, memudahkan mahasiswa dan dosen untuk saling berinteraksi.
Tepat 45 derajat di sebelah kiri saya, dua baris di depan, duduk beberapa mahasiswa jerman berambut pirang (blonde Haare) disana. Ada juga mahasiswa lain yg blonde, tapi yang ini agak beda.
*** 
Mata kuliah hari ini segera dimulai. Kehadiran sang dosen, otomatis menenangkan suasana kelas yg seperti pasar tadi.
Berhubung hari pertama masuk, maka dosen baru ini memperkenalkan dirinya dengan sok ramah (lu belum tahu aja ujian semester nanti).  
Setelah memperkenalkan nama, pengalaman dan ujian seperti apa yang akan kita hadapi nanti, kali ini pertanyaan seperti biasa muncul.

"Ada pertanyaan?" kata dosen sambil melirik isi ruang kelas.

Tak selang beberapa lama, salah seorang murid di barisan para cowok tadi, mengacungkan tangan. 

"Ya silahkan!" melihat kearah mahasiswa penanya.

Entah apa yang ditanyakan cowok ini. Dari tadi perhatian saya sudah berhasil dicuri cowok yang duduk di sampingnya. Cowok berswiter merah dan berwajah teduh.
Tawa ruang kelas pecah seketika atas pertanyaan si cowok tadi. 
Sontak saja, si cowok yg tak lepas dari pandanganku tadi juga ikut tertawa. 
Memang tak ada yang lebih indah, saat dimensi kita masuk kedalam tawa lepas orang lain yg tak sengaja kita amati. 
Dan diam-diam, dia mengundang senyumku.
*** 

Berharap, bukan dia yg duduk didepan sana. Atau baiknya padangan saya ditempat lain saja, sambil mendengar suara dosen dari arah yang sama dengannya. Mungkin semuanya akan baik-baik saja, jika dosenya sambil menjelaskan lalu berjalan kearah yang berlawanan dengannya.
Oke baik! Kali ini otak saya masih agak setengah sadar. 
Dan kalimat "Astagfirullahaladzim!" terucap dengan bantuan otak yg sedikit waras.
Begitu saja terus, mencoba untuk tetap fokus hingga jam berakhir.
*** 

Jam berikutnya!
Saya yang sejak tadi sudah pindah tempat duduk dibaris bagian depan, kali ini tak khwatir lagi untuk bisa fokus. *karena setiap liat ini cowok, maunya merancang masa depan mulu hahaha kidding.
Dannn paaaaarammmmmmm....
Sosok lelaki tegap, berambut blonde dengan tinggi 180 cm menghampiri kursi kosong disamping saya.
Whatttt????
Dia yang tadi sengaja saya jauhi, kini duduk tepat disamping kanan saya.

"Hai! darf ich hier sitzen?"(saya boleh duduk disini?) tanya tuan satu ini, tanpa merasa bersalah.
"Ja bitte!" (ya silahkan!) jawaban spontan dari hati yg enggan menerima pendapat otak.

Tak apalah! setidaknya, kali ini dia tak menghalangi wajah professor.
*** 

45 menit berjalan dengan baik. Kali ini benar-benar bisa fokus. Dan menit setelahnya, semua konsentrasi bertambah buyar. 
Yang benar saja, tiba-tiba dari arah kanan ada sodorang kertas yang bertuiskan "Professor ini membosankan bukan?" itu tulisan darinya. 
Aku menyodorkan kembali kertas itu dan hanya mengangguk padanya.

kali ini, dia menyodorkan kertas lagi. Entah apa yang ada dipikirannya.
"Saya Diafano, kamu bisa panggil fano. Kalau siapa?" 

Dia memang benar-benar berniat merusak konsentrasi saya. 
"Saya sitti, maaf setelah ini saya tidak bisa membalasnya lagi."

lalu muncul emoticon sedih dari si Mr. Blonde ini. 
*** 
Setelah percakapan singkat yg tanpa suara itu berlangsung, akhirnya kini fano menjadi teman saya.
Hanya sekedar teman diantara teman-teman yg lain.
Masih seperti begitu, membuat saya larut dalam tawa lepasnya.

Hallo Mr. pirang!! slamat datang diduniaku :D





Minggu, 20 Maret 2016

Terkadang jarak itu menguntungkan

Entahlah kapan tepatnya pertama kali kita bisa sedekat ini.
Yang pasti, saat jarak semakin merentang, aku justru semakin dekat denganmu.
Dari sekian banyak wanita, trimakasih karena telah bertegur sapa denganku.
Menanyakan kabarku, berbagi hal yg kau sukai, tertawa bersama dan berbagi nasehat. Itu sudah cukup, bagi pengagummu ini.
Aku hanya tak menyangkan, orang sedingin kau, bisa senyaman ini.
Tak sadar, lisanku mengiring doa setulus-tulusnya untukmu.
"Semoga dimudahkan segala urusanmu disana"

Aku bingung, harus senang karena kita berteman atau harus bersedih karena kita hanya berteman.

Hanya berteman...
Walaupun aku tak tahu akhrinya seperti apa, aku yakin akan tahu segalanya jika menunggu.

Sempat mengagumimu, tapi kau tahulah temanmu yang satu ini dulunya seperti apa.
Hanya mengagumimu, tidak lebih. Mungkin karena wajah teduhmu yg dihiasi butiran wudhu?
Atau mungkin kau terlihat berbeda dengan lelaki disekitarmu?
Aku tak tahu pasti.

Yang aku tahu, tak ada fikiran untuk memilikimu.
Menjadi temanmu sudahlah cukup.
Hingga kini, aku tak yakin kata sudah cukup itu masih ada.

Berfikir positiv bahwa ini normal, jika sahabat saling menyayangi.
Maksudku, ada dasar cinta didalam sebuah persahbatan.
Tapi nampaknya cinta ini lain kawan. Aku semakin tak ikhlas, jika memberi peluang kepada wanita lain yg mengagumimu pula.
Aku tahu niatmu baik, bersilaturahmi. Tapi kaupun harus tahu, kalau mereka memang ingin bermanja-manja ria dihadapanmu.

Ah sudahlah!
Kau memang seperti itu. Pura-pura tak tahu apa-apa.
Padahal jelas-jelas mereka menginginkan lebih dekat denganmu.
kawanmu ini memang seorang pencemburu.

Jika kau ingin berbagi dengan yang lainnya, maka pergi saja!
Aku masih bisa menunggu, cinta yg tak membuatku gelisah.
Cinta yg dengannya aku bisa tenang.
Seperti cinta orang dewasa.
Yang diam-diam melindungiku.


Sabtu, 19 Maret 2016

Sesaat terdiam

"Kali ini, aku ingin berbicara serius denganmu. Bukan sebagai teman apalagi sahabat!" 

Suara yg tak asing itu...
perlahan membuat tubuhku membeku.

"kau mau menjadi istriku?"

Itu.....
Apakah sekarang dia sedang melamarku?
Tidak!!!! ini pasti mimpi.
Bagaimana mungkin kata itu keluar dari dia?
Aku pasti sudah gila.

"Aku...aku ingin menjadikanmu sebagai istriku. Kau mau kan?"

Baiklah ini bukan gurauan. Nampaknya ia benar-benar serius.

"Kalau kau mau, besok aku akan langsung mendatangi ayahmu untuk berbicara."

Perlahan tubuhku mulai mencair.
Berusaha mencari kata, namun tak kunjung ketemu.
"kau yang selama ini ku cinta, ternyata mencintaiku."

*** 




Kamis, 17 Maret 2016

Semoga itu benar (kau)

Jika itu kau!
Kenapa kau hanya bisa menyelinap disetiap mimpiku?
Aku tak apa, bila itu memang kau.
Aku tak apa, bila sekarang bukan waktu yg dinanti itu.

Secepatnya..
Secepatnya akan ku jemput kau dengan kendaraan doaku.

Semoga kau tak bosan untuk menunggu.
Mungkin Tuhan masih memberi kau dan aku waktu.
Waktu untuk memberikan hak, pada jasad dan roh disetiap kesendirian.

Kau kenal Tuhan bukan?
Jika kau mengenalinya,
Maka kaupun tahu dengan maksudNya.


Wernigerode, 18.03.2016
Ada rasa nyaman bila itu benar kau [05:55 CEST]

Tak akan pernah sama

Mungkin tak akan pernah sama
Rasamu dan rasaku
Mungkin pula tak akan pernah sama
Rindumu dan rinduku

Kumohon percaya padaku
Semua akan sama pada waktunya
Saat waktumu dan waktuku bertemu
Dan tentu saja dengan izin Semesta


Jika cinta adalah dirimu
Maka izinkan aku untuk menjadi diriku
Agar tak ada lagi batas waktu antara kita
Semoga kau paham dengan suara doa


Wernigerode, 18.03.3016
Menunggu fajar 05:44 CEST

Selasa, 15 Maret 2016

Hanya ingin mencoba

Siang itu, tepat tanggal 12 September 2015 (H-10), ada pesan masuk via WA dari Lena sahabatku. 

“Hallo Liebe Sitti!
Ich hoffe du bist wieder gut in Deutschland u hier an der Hochschule angekommen. Es ist wirklich leider nicht ganz Indonesien...ich muss dich da unbedingt mal besuchen kommen wenn du wieder fort bist!
Ich habe eine kleine Mission und würde dich etwas fragen. Am 22.09 will das Interforum die Internationalität der Hochschule in einem 10 min Programm hervorheben. Dazu hatten wir auch an das Buddz Programm gedacht, an dem du ja auch teilgenommen hast. Hättest du Lust mit mir oder einem anderen Vorstände in einem 3 min über deine Erfarungen mit dem Buddy Programm zu Berichten? Wenn du Fragen hast, schreib mir einfach nochmal.

Bis nächste Woche Dienstag! 
<3 Kasih sayang (Pake bahasa indonesia pas penutupan. Mungkin maksud dia “with love” kali)"

Kurang lebih seperti itu pesan yang masuk dari si cewek jerman ini.
Inti dari pesan ini...
Lena ngajakin saya untuk ikut, dalam kegiatan yg mereka adakan. Kebetulan, dia ini sering aktif di berbagai kegiatan kampus. Jadi tugas saya disini, menceritakan pengalaman selama berada di kampus. Ada kegiatan apa saja? Trus bagaimana tanggapan teman-teman yg lain atau dosen dalam menerima orang asing di lingkungan kampus? Seperti memperkenalkan atmosfer kampuslah.
Setelah panjang lebar, si lena ini ngejelasin tugas saya. Akhirnya, saya terima tawarnya. Dengan alasan, ingin menambah pengalaman. Dan lagian, hanya berbicara 3 menit di depan kan? Bisalah inshaallah.
***

H-2  Lena ngajakin ketemuan di rumah Janet (sekertaris dosen yang skaligus ketua acara ini).

Kata si Lena: “sit! Nanti jam 19:30 kita ke rumah janet. Mau gladi resik sama yg lainnya.” (pesan sudah ditranslate)

Mikir dua kali. “Busettttttttttt dah!!! Ini ampe pake acara gladi resik segala???Ini ntar saya ngomongnya di depan mahasiswa yg baru kan? Bukan di depan para tamu terhormat?”

Singkat cerita, si Lena dan saya ketemuan di halte bus depan kampus dan kemudian barengan kerumah si Janet.
Sampe di rumah si Janet. Seperti biasa, salaman trus ditawarin minum. Dia nanyain tentang saya dan Lena. Kayak: uda semester berapa? Asalnya dari mana?de el el...
Trusss masuk ke sesi Gladi resik.  

(setelah beberapa menit latihan)

Janet nengok kita berdua “habt ihr noch Frage (kalian punya pertanyaan)?”
Sambil ngacung “wie viel Leute kommen am Dienstag (berapa orang yg mau datang hari selasa nanti)? Tanya saya balik.
“Circa 120 Leute und villeicht mehr.” (sekitar 120 orang dan mungkin lebih)
“Nah tuh kan!!! nggak sedikit." sambil bergumam sendiri.
*** 

Hari H pun tiba.
Undangan sudah terlihat di depan gedung pertemuan milik kampus.
Saya janjian dengan Lena untuk latihan terlebih dahulu (sekitar 15 menit) dan kemudian berangkat bareng.

15 menit berlalu.
Langkah kaki saya sempat terhenti didepan pintu masuk gedung.  “Ini dia yg saya takutkan. Para tamu elegan yg hadir malam ini. Habis sudah, kalau acaranya tidak berjalan dengan baik karena saya.”

Ya, maklumlah! Ini kali pertama, tampil didepan Bapak Rektor, Bürgermeister (walikota) dan para tamu penting lainnya.
Sebelum masuk ke ruangan, para tamu dipersilahkan untuk mengenakan papan nama, yg sudah tersedia.
Jadi yg boleh masuk ke ruangan ini, cuma mereka yg namanya terdaftar disitu. Karena pagar beton alias bapak security sudah siap di depan pintu untuk ngarahin para tamu.
Bukan hanya papan nama, tapi disetiap tempat dudukpun sudah di beri nama sama panitia. Luar biasa emang.

“Itu dia nama saya disamping Lena!” sambil melangkah ke tempat duduk di baris kedua. 
Tak berapa lama, acara dimulai. Sambutan dari bapak Rektor dan bla bla bla...
Sayapun tampil...
Dan alhamdulillah berjalan dengan lancar.
Tentu saja sebelum itu, ada doa nabi Musa yg saya selipkan.
“Robbisrohli wayassirli amriwahlul ukdatan milisani yafkahul kauli”

Tepuk tangan para tamu menyadarkan saya, kalau sedang ada didepan mereka.
Sesegera mungkin saya menutup presentasi kali ini dengan ucapan trimakasih dan kemudian diberi bunga oleh pak rektor.

Satu hal yg saya pelajari malam itu. Kesempatan itu datang berulang kali, yg membuatnya tertunda adalah kesiapan. Kesiapan para pemenang yg menolak lupa kata pecundang.
Tidak ada kata salah bagi mereka yg mencoba. Karena yg dicari, bukan tentang salah benarnya sebuah hasil. Tapi tentang pengalaman yg tak akan terlupakan.

Kalau mau liat versi lengkap bisa di cek disini http://www.volksstimme.de/lokal/wernigerode/20151019/hochschule-harz-aus-partnerschaft-wird-echte-freundschaft (tapi pakai bahasa jerman hehe maap ya)

(kiri ke kanan) Para pemain musik, Lena, saya

Janine, Anne, saya, Lena





Minggu, 06 Maret 2016

Tak Sesunyi Kotaku

Sayangnya sang fajar, masih malu menampakkan cahayanya.
Masih bersembunyi dibalik hitamnya selimut awan.

Perlahan tapi pasti, keretaku berlaju menyusuri ladang bersalju.
Yang tercinta sedang menunggu kedangan kami di stasiun.
Semoga dikotamu tak semendung kotaku.

Berharap bisa berlari bebas dikotamu.
Maklumlah, kotaku tak seramai kotamu.
Sebisa mungkin, menghilangkan sesak dihati.

Jikapun dikota  besar itu, kau masih merasa sunyi.
Maka izinkan aku, berjalan bersama kesunyianmu.
Barangkali disana ada kenyamanan.

Kamis, 03 Maret 2016

Iqro (Bacalah!)

Bismillahirahmanirahim!

Jemari ini tak sabar untuk sedikit membahas mengenai kehidupan orang jerman terhadap kami para muslim dan muslimah.
Berhubung karena saya muslimah, jadi topiknya akan mengerucut ke sini.
Orang jerman itu sebenarnya baik. Kenapa saya bilang sebenarnya? karena yahhh memang baik. Mereka itu dari luarnya saja yg kelihatan cuek, tapi mereka sadar akan keberadaan kami disampingnya. Lebih terarik dengan urusan mereka sendiri, menjawab apa yg seperlunya dijawab jika ingin berdiskusi dengan mereka.
   Orang jerman yg dingin bertemu dengan orang indonesia yg ramah. Dengan kekuatan keramahan kami, maka tidak begitu susah untuk berbaur dengan mereka. "Senyum" adalah kata pertama tanpa suara, yg sering kami sebarkan. Insyaallah hanya kepada yg mahram (bukan muhrim yah!! muhrim itu kata yg digunakan untuk orang yg sedang berihram dalam beribadah haji).

Yup..tidak masalah kalau cuma senyum. Tapi yg jadi masalah, tu orang balas nggak senyuman kita?
Kesalahan orang indonesia pada umumnya (terutama saya) adalah memberi tak harap kembali. Noramalnya sih, seharusnya dibalas. Tapi ada beberapa orang yg mungkin dalam hatinya "ni orang sok akrab banget dah". Jadi nggak dibalas deng. Alhasil, kitanya yg malah kesal sendiri. Mental indonesia lah yah biasa. Tapi 2-3 Tahun sudah biasa kok. Senyum bertepuk sebelah bibir jhahaha. Yah emang sih, kalau di indo juga gitu, khususnya buat orang yg kita belum kenal, pasti dibilang gitu.

Misalnya saja pas lagi nunggu bus di halte trus ada orang aneh lewat. Yg sadar bahwa itu orang memang aneh, cuma si ibu ini dan kamu sendiri. Pas di moment ini, si ibu senyum terus liat kearah kamu, yg juga lagi senyum. Nah di situ tu, kamu bisa tau kalau mereka itu gak kaku-kaku banget. Intinya, bukan senyum sembarangan, tapi ada moment tertentu yg buat suasana jd cair dengan sendirinya.
***
Contoh saja ni ya, hari ini kan saya baru pulang beli mesin kopi yg ukuran khusus buat mahasiswa lah ya! (nggak jelek-jelek amat, tp gak bagus-bagus amat). Nah trus itu, mesinya ini sudah emang ada kopi (kapsul) khusunya gitu biar pas ke mesinnya. Si mesin ini uda ada di kerajang belanja eke, tapi si kopinya ini yg belum ada. Pas beberapa menit kebingungan dalam mencari dan tiba-tiba datang seorang ibu yg sengaja naroh keranjangnya dan berjalan kearah saya. Kirain si ibu ini mau nyari kopi juga. Eh tahunya, ni ibu nunjukin tempat kopi yg pas buat mesin saya masyallah....terharu :') Padahal ini ibu0ibu bukan pegawai sini juga. Eh mau aja nolongin.
Jadi intinyaaaaa saya itu nggak hidup sendirian, ada orang-orang yg tanpa disadari lagi nggak sengaja ataupun emang mereka lagi gunain fungsi mata sesungguhnya buat ngeliat sekitar. contohnya si ibu peri ini.
Kadang kalau lagi galau-galaunya cewek (terutama saya), biasanya hanya tahu kalau yg hidup didunia ini tu cuma saya sendiri.
Mungkin itu sebabnya Allah memerintahkan kita umatnya untuk "Bacalah!". Karena bacalah disini, bukan hanya mengartikan memebaca tulisan. Tapi juga ada alam, ada gestur tubuh seseorang, ada banyak kebesaran Allah lainnya yg patut untuk dibaca. Setelah dibaca, lalu dicerna dengan otak dan hati. Kalau masih kurang, ada lisan disana yg bisa digunakan untuk memuji kebesaran Tuhanmu.
"Bacalah!" satu kata sederhana, yg jika kita mengenali dan mempraktekannya lebih dalam, maka semuanya akan menjadi jelas. Bahkan sangat jelas.
Kesibukan yang paling bermanfaat adalah membaca. If you know what I mean "Iqro"  ^_^

Senin, 29 Februari 2016

Rindu yang belum tersampaikan

Bismillahirahmanirahim!
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Mungkin karena baru selesai baca blog yg berbau ta'aruf jadinya sekarang agak baper ^^
sambil dengar lagu nasyid di persimpangan aku berdiri dan kau ditakdirkan untukku. Lumayanlah untuk mengantarkan angan-angan tentang masa depan.

Kadang jika berkumpul dengan teman-teman akhwat yg lain, sempat berfikir kalau masih banyak yg lebih berilmu dari saya. Kalau mungkin jodoh saya melihat kepribadian teman-teman saya yg ini, pasti dia juga akan tertarik dengan mereka. Maksud kodenya saingan kami para wanita (terutama saya) tidaklah sedikit.

"Jodoh" sebenarnya sudah ada dipersimpangan jalan. Lebih tepatnya sudah ada di rute perjalanan yg nantinya saya lewati. Tapi itu dia, karena sebagian teman saya sudah nikah. Maka sayapun ikut panik karena belum dijemput hehehe
Allah lebih tahu kapan dan dengan siapa saya nantinya. Mungkin Allah tidak pertemukan sekarang, karena saya sendiri masih belum siap dengan baik. Hanya butuh teman tertawa dan menangis. Tapi untuk berkomitmen kayaknya masih membutuhkan waktu dengan baik untuk dipikirkan terlebih dahulu. Dua dari delapan teman seliqo sudah menikah. Yuhuuu..liat foto-foto nikah mereka, cantik-cantik dan masih malu-malu gitu lagi. Dari lubuk hati yg paling dalam, saya juga sebenarnya belum siap. Tapi namanya ibadah, pasti saja selalu begitu, belum siap. Sebenarnya jodohnya yg blm datang, kalau siap gak siap mah insyaallah lah ya siap.
Semoga Allah slalu menjaga hatimu dan hatiku dari segala fitnah dunia.
Saling mendoakan agar sabar dalam menanti.
Semoga Allah merahmati dan melancarkan segala apa saja yang sedang dan akan kau lalui nantinya. Fighting!!! Jangan centil-centil disana. Hanya mengingatkan, karena memang saingan saya banyak. Jangan sok kece juga, masih banyak ilmu yg belum diamalkan dan dipelajari. Nasehat ini sebenarnya untuk saya juga sih, hanya ingin berbagi nasehat saja denganmu.
Sabar ya! Jika sekarang kau sedang menjalani ta'aruf dengan akhwat lainnya, namun batal. Maka jangan heran, calon istrimu yang ini loh mas! masih nunggu kamu datang hahahaha
Jika nanti kita dipertemukanNya lewat ta'aruf, semoga itu ta'aruf pertama dan terakhir kita ya mas! Lah kok mas hahaha...Berhubung orang jawa yg tersebar luas dimuka bumi ini Indonesia, jadinya saya manggilnya mas saja, dari sebutan "umum ke khusus" lah apa sih. Semoga ada kesengajaan yang indah saat kita bertemu nanti. Entah kita sudah pernah bertemu ataupun belum. Jikapun kau adalah orang yang sudah kukenal sebelumnya, maka itu pasti anugrah (karena kau setidaknya sudah mengetahui masa laluku dengan baik). Dan jikapun kita belum pernah sekalipun bertemu sebelumnya, maka itu pasti kejutan terbaik dari Allah. Mendapati teman yg insyaallah sehidup sesurga.
Jika kau sedang jatuh cinta sekarang dengan yg lainnya, maka tak apa jika orang itu solehah. Aku juga akan melakukan hal yg sama jika ada diposisimu saat ini. Namun ingatlah! bahwa itu normal. Tergantung caramu dalam mengungkapkannya. Semoga Allah menjagamu dari fitnah kaum kami. Allah..Allah..tolong jaga ia untukku. Bersabarlah! semua akan baik-baik saja. Secepatnya kita akan bertemu dipersimpangan jalan. Aku akan berdiri disana dengan senyum terbaik milikku.
Sekali lagi...semoga Allah merahmatimu dengan segala kasih sayanngnya.
Wassalamualaikum sahabat terbaikku!

Minggu, 28 Februari 2016

Cukup bagiku Allah

Menyembunyikannya dengan erat. Ingin terlihat biasa saja dihadapan orang lain.
"Semua akan baik-baik saja" itu katamu dalam hati. Hanya saja otakmu masih berfungsi dengan baik untuk mengatakan "Semua tak selalu seperti yang kau inginkan".

"Apa kabar?" kalimat sederhana yg digunakan dalam memulai pembicaraan. Biasanya digunakan bagi mereka yg sudah saling mengenal sebelumnya.
Aku juga sering menggunakan kalimat itu "Apa kabar?"
Dan yg kudapati, hanya beberapa orang yg mengatakan sejujurnya. Bahwa mereka tidak dalam keadaan baik. Sudah kupastikan, kalau yg menjawabnya adalah kakakku atau teman baikku (tapi jarang untuk sekarang). Bahkan mama dan bapa pun, tak semudah itu mengatakan kabar mereka sedang tidak baik.
Aku paham, mungkin mereka tidak mau membagikan masalahnya padaku. Nyatanya, aku juga sadar dan tidak menjamin, bahwa setelah mendengarkan masalah mereka, maka semuanya akan baik-baik saja.

Tapi setidaknya, biarkanlah aku tahu. Kalau bukan hanya aku, yg punya masalah di dunia ini. Tahu, bahwa aku adalah bagian dari kehidupan kalian. Merasa diperlukan, setidaknya untuk mendengarkan kisah sedih itu. Hanya saja, seseorang tak segampang itu untuk dipercaya.

Berita baiknya adalah setelah berumur 20 tahun, akhirnya sebagian dari mereka mempercayaiku. Menceritakan kesedihannya dan bersedia mendengarkan masukkan dariku. Walaupun yg ku tahu, bahwa solusi permasalahan mereka adalah tak segampang yg aku katakan.

Aku...Jika ada masalah, biasanya sebagian besar kuceritakan pada mama. Kalau kondisi mama tidak memungkinkan untuk mendengar ceritaku, baiknya ku bagikan dengan kakak perempuanku. Itu agak melegakan.Tapi kalau keduanya tidak memungkinkan, maka biasanya kutuliskan saja pada kertas atau mengetiknya di Komputer. Berdoa? aku juga melakukannya. Cuma kadang aku melupakannya.

Teman baik? Aku ada. Aku hanya canggung jika bercerita dengan mereka. Karena yang kutahu, mereka sepertinya tidak ingin mendengarkan ceritaku. Syukurnya aku sadar "Kalau seseorang hanya ingin mendengarkan apa yang mereka ingin dengarkan". Jadi tidak semua orang tertarik dengan ceritaku. Lebih dari itu, hanya kata-kata sampah yang setelah didengarkan, maka sebagian akan menjadi debu dan sebagian lainnya akan dibuang entah kemana.
Jarak ini agak melegakkan. Karena dengannya, aku bisa tahu. Siapa teman yg menetap dan yg hanya mampir untuk sekedar tahu "Bahwa aku masih hidup".
Kabar buruknya adalah aku salah satu darinya. Mengambil peran itu untuk temanku yg lain.

Habluminannas dan habluminallah (kedekatan pada manusia dan kedekatan pada Allah).
Bila tak tahu harus menceritakannya pada manusia, setidaknya ada Allah yang maha mendengar. Tak butuh orang lain untuk datang sekedar menjadi saksi, bahwa kau sedang berbincang dengan Allah. Dengan gaya bahasamu sendiri, tanpa takut ada kata yg menyinggung lawan bicara. Terlepas dari lisanmu, sesungguhnya Dia sudah tahu apa yang ingin kau keluhkan.

"Cukup bagiku Allah" adalah kalimat manjur, yang insyaallah akan menenangkan hati. Walaupun sebagai manusia biasa, ada saat dimana kalimat ini tidak semanjur yg aku pikirkan. Maksudku, tak ada masalah dengan kalimatnya, tapi dengan ikhlas atau tidaknya aku saat itu.
Berusaha menjadi dewasa, tapi jiwa hanya ingin bebas.
Berjalan kemanapun ia melangkah dan setelah lelah, lalu ada tempat untuk berlindung. Sepertinya itu cukup. Cukup untuk melarikan diri.
Menuruti kemalasan sesaat. Hanya itu.
Bukankah "kemalasan hanya datang bagi mereka, yang masa depannya akan menjadi baik?" (sudahlah..seperti sedang menenangkan diri saja)

Baiklah! Tunggu saja, sedikit lagi. Pasti semuanya akan berlalu. Aku hanya perlu, mengandalkan sandaran saat akan terjatuh. Sandaran dari annas dan Allah. dari manusia dan Tuhan. Mungkin sandaran akan slalu ada, apalagi dari Sang pencipta. Yang aku khawatirkan adalah diriku. Mampukah aku bersandar? atau hanya ikhlas terjatuh karena terlalu lelah setelah mengejar dunia?
Berharap tubuh ini, setidaknya hanya bersandar pada Allah. Bersandar lebih kuat dibandingkan sandaran pada dunia dan seisinya.Tak perlu khawatir "Ini hanya resiko menjadi muda".

Karna pada akhirnya "Manusia hanya ingin mendengarkan, apa yang ingin mereka dengarkan". Jadi jangan buang waktu untuk berbicara dengan orang yang salah. Pastika kalau dia ingin mendengarkan.
"Cukup bagiku Allah".

Sabtu, 27 Februari 2016

Kunjungan Bupati kaimana ke Jerman

6 jam itu sudah cukup untukku kiki emotikon heart emotikon :')
Untuk kesekian kalinya wajah ikhlas itu terseyum padaku.
Wajah yang 3 tahun lalu terakhir kutemui, wajah sang optimisme sejati dengan kedisplinan yg tinggi.
Wajah itu, terlihat sangat senang menatap wajahku. Ada Sedikit rasa bangga yang terpancar dari wajahnya, seperti berkata masih didepan pintu nak, masih jauh, terus melangkah! sambil merangkul bahuku beliau berkata "Bagamaina kabarnya nak? dimana renye?" sambil bercakap menanyakan kabar, Aku melirik jam di pergelangan tangan kananku menunjukkan pukul 15.13.

Entah mengapa saat beliau merangkulku, air mata yg menggambarkan kesenangan krn bertemu dengan mereka dan kelelahan perjalan 2 tahun ini, aku ingin menangis didepannya dan berkata "kalau ini tidak segampang yg aku pikirkan, apakah mencari ilmu itu sulit seperti ini pak?" namun nampaknya air mataku kali ini telah dikalahkan oleh rasa senang, walaupun pertemuan siang itu hanya beberapa saat, namun mampu mengalahkan lelahku selama ini.

"Di orang pu negara itu harus rajin belajar, jangan malas-malas eh!" kata beliau dengan nada khasnya yg renda. Nampaknya beliau tak sendiri ada beberapa pejabat yg datang bersamanya. Mereka memang ada urusan di eropa, aku tak tahu pasti itu ttg apa, yg pasti terkait pendidikan di kaimana. Beliau juga sepertinya rindu denganku hihihi (rindu apa waktu itu bapa ada hajar kami satu kelas dengan rotan baru).

Hal ini terlihat ketika kami ingin berkeliling sedikit di kota würzburg, germany itu. Sebelum naik di Bus milik org belanda yg sengaja di carter Rombongan Pejabat itu, kami sempat mencari-cari tempat duduk, mataku tertuju pada baris belakang bus. Nampaknya si bapa membacanya dan terdengar suara beliau dari baris tempat duduk didekat pintu bus " Siti ko mo kemana, duduk di sini deng bapa!" bedeh hahaha Senang dongg guyssss, kepsek yg dulunya aku anggap dingin, berwibawa dan jarang senyum (eh nggak deng murah senyum tpi kadang-kandang *yah apa bedanya sitiiiiiiiiii) 
squint emotikon manggil duduk di sampingnya dong. Nggak disamping banget sih, aku di lajur kanan, si bapanya duduk dilanjur kiri. *apa sih lajur-lajur, yah gitu deh, tpi ngertikn maksud saya kn setiap bus cuma ada 2 tempat duduk yg bergandengan tapi akau disamping kanannya. maap ya kalau nggak ngerti grin emotikon Waktu itu kita ke istana peninggalan hitler di atas gunung, liat-liat Universität sama Fachhochschulenya. abis itu makan malam. Kali ini pak guru tidak semeja denganku, karena beliau diminta apa Bupati untuk duduk semeja denganya. maklumlah skrng kan beliau sdh menjabat jadi kepala Dinas pendidikan.

Oh iya, kita makannya di rumah makan China yg tehnya kagak pernah pake gula itu loh. Abis makan, sempat foto-foto langsung deh jabat tangan dan berpisah di depan rumah makan itu. Kebetulan aja tu rumah makan di samping Halte bus ama Stasiun kereta. jadi kita pulangnya bisa naik Bus yg lain dan mereka pulang ke hotel biar gak ngerepotin.

Pas waktu foto depan resaturant itu kan desak-desakkan nih, nah trus aku sdkt bingung mau berdiri dimana secara kan ada 14 org tu dari kaimana, trus ada 8 org anak2 kaimana yg di wuerzburg sendiri sama beberapa pendamping mereka. Eh tadi sampe mana? Oh iya desak-desakkan, nah trus disamping beliau ada tempat kosong dan langsung aja panggil " Sitti sini samping bapa, di situ sempit." Dalam hati, " tahu juga yah si bapa kalau anak muridnya narsis" hehehe..

Canda Tawa dan nasehat untuk selama 6 jam itu, setidaknya sudah mengobati rasa rindu pada kampung halaman, pada bahasa arguni yg sempat dilontarkan bapak Harun sabuku melalui nasehat2 beliau. Gurauan Bapak Abdurahim Furuada di atas Bus dlm perjalanan sontak membuatku meangis dan tertawa "Kitong skrng ini belum bisa bangga dengan kam, ktg yg dari kampung bodoh2 ni, cuma tau kam ada di jerman, nnti kalau kam sudah sukses baru bikin apa untuk papua btu, khususnya ktg pu kaimana baru bapa dong bisa bangga dengan kam pu kerja keras, mngkn nnti bapa dong su tua baru dengar bgni, dong bilang itu anak papua sapa yang su jadi bos besar di perusahan jerman itu, tuhar eh dong bilang anak papua sj ktg su senang apalagi bilang anak kaimana, itu mungkin ktg yg su trabisa jalan juga langsung kembali muda k'pa hahahaha.." 

lain dengan bapatua harun sabuku " ktg ini dulu masih kecil kalau su bermain dgn anak2 lain di kampung itu, dengar bgni pesawat ko mulai lewat di atas, langsung deng mulai taruh permainan dulu baru kasih dada-dada pesawat sampeee brng itu de su lewat bru main lagi, mo kmorang skrng ini su naik akan sampe di eropa sini, pu jauh apa lagi.
Orang2 tua ni kalau su liat ktg dada2 pesawat tu tinggal blg "maka itu belajar baik2 la naik pesawat itu" dan skrng memang benar dong naik pesawat tanpa dong sadari su jadi org besar. Moe kasian! yang tadinya tertawa jd menangis krn teringat cerita papa di rmh yg dayung dari arguni ke kaimana 2 hari perjalan krn mau pergi sekolah polisi di fak2.

Dong pu keringat ini sudah yg skrng jadi ktg ini, makan roti deng keju dijerman sini, main2 salju, itu krn dorang sdh. Syukur saja waktu itu lampu bus mati jadi tidak kelihatan kalau ada yg menangis dlm bus, tanpa suara k'in hehehe.. And thennnn kita berpamitan, entah kapan lagi kita akan bertemu, entah kapan lagi nasehat mereka bisa kudengar seakrab ini. entah kapan kami bisa seperti yg mereka harapkan. Satu hal yg bapa dong musti tahu, ktg pu darah ini dari satu moyang, tramungkin ktg trada niat untuk bangun kampung itu. Kulit deng rambut itu bisa menyangkal tanah, tpi hati ini trabisa.