Minggu, 24 April 2016

Senyuman Nenek

"Jerman" atau lebih terkenal dengan sebutan "Deutschland" di benua Eropa.
Negeri yang terkenal mampu bersaing di kanca International. Baik dalam segi Olahraga maupun Olahotak.
Negara jerman sendiri, terbagi menjadi dua negara bagian. Yaitu Jerman timur dan Jerman barat.
Sejauh ini segi ekonomi dan pembangunan, bagian barat masih unggul di banding bagian timur jerman.
Tak hanya kedua segi itu, ada segi lain yang sampai sekarang masih mengkhawatirkan kami para pendatang.
"Sosialisasi" atau "Interaksi" penduduk jerman asli terhadap non jerman.

Bagi kami yang sudah lebih dari setahun hidup dijerman, bisa membedakan dengan baik mana penduduk jerman timur dan barat.
Penduduk jerman di bagian barat biasanya ramah (kalau disapa, pasti direspon dengan baik) dan juga cepat akrab. Tapi jangan kaget kalau suatu saat, kamu lagi butuh dia dan dia tidak ada disana. Kata "kita" sudah tak ada lagi, saat sudah tak ada urusan satu sama lain.
Kalau orang jerman timur, mereka lebih jujur. Kalau dia tidak menyukaimu, walaupun sudah kau pasang senyum peps*den juga sama aja bung, tidak ada respon. Kalaupun ada respon, pasti ekspersi heran yang kau dapati, heran liat kau yang sok akrab.
Tapi jangan salah, biar kata mereka kurang welcome sama Ausländer alias orang asing,tapi pas sekali dekat, maka kau akan liat sisi lain orang indonesia yang ada pada  mereka. Sisi orang indonesia yang ramah, akrab dan JUJUR.

Saya sendiri sekarang sedang berdomisili di jerman timur, alhamdulillah belum pernah yang namanya di ganggu atau dikatain kasar sama mereka. Tapi tidak untuk yang kemarin. Tahu aja sist, orang indonesia gimana mentalnya, kalau di katain yang gak enak di dengar. Jleb dong, pengen marah tapi ini negara dia. Lagian malas cari ribut juga.

Jadi ceritanya, saya kan baru pulang kuliah sekitar jam 11 siang. Kebetulan ada urusan sedikit di Zentrum (pusat kota). Naik bus lah kesana, sekitar 7 menit. Pas sudah kelar urusannya, saya nengok jam masih 15 menit lagi untuk bus nya nyampe *bus untuk kembali ke asrama.
Berhubung waktu masih memungkinakan saya masuk ke toko untuk beli sabun, jadi singgahlah tu.
Dari arah yang berlawanan di dalam toko, ada seorang bapak, satu anak perempuan kisaran 8 tahunan serta istrinya berjalan berlawanan arah dengan saya. Si bapak dengan gaya khas anak Punk ini langsung nyahut sambil negok saya "Sind wir im Winter? Warum trägt man Kopftuch?"
(Dengan nada menyindir: Kita sekarang masih musim salju? Kenapa pakai jilbab?)
Busett...itu agak jleb sih.
Maksudnya kan gue yang pake pak! ngapain lu yang repot.
Terkecuali kalau gue maksain lu buat pakai tu jilbab, nah itu baru lu protes.*pan yang diwajibkan buat para muslimah bukan musrikin.
Karena memaklumi saya memang hidup dijeman timur, jadi ambil amannya saja. Pura-pura tidak tahu bahasa mereka dan memilih lanjutin apa yg tadi saya lakukan. Ngambil sabun trus menuju kasir. Ternyata si bapak ini masih belum puas. Dia yang tadinya sudah ngantri di kasir yang paling pertama, mau tidak mau saya harus cari kasir lain biar tidak memperpanjang masalah. Jalanlah saya ke kasir yang ketiga dan harus jalan melewati kasir pertama.
Dengan nada yang gemas si bapak tadi lalu menoleh ke arah belakang, seperti hendak mencari saya.
Dan yang benar saja pandangan kita saling bertemu. Suara lelaki bertato itu kembali terdengar "Wozu braucht man Kopftuch in dieser Zeit."  (Untuk apa pakai jilbab di waktu sekarang)
Saya yang segera menuju kasir depan, berjalan dengan tidak memperdulikannya.
     Keluar dari toko dengan hati yang bercampur baur. Nyesel karena nggak balas omongannya, tapi disisi lain senang karena bisa menahan emosi dari hal-hal yang tidak penting seperti tadi.
Sambil nunggu bus yang 8 menit lagi akan sampai. Saya yang masih terus mecoba berdamai dengan hati, dihibur oleh seorang nenek berusia 81 tahun tiba-tiba datang dari arah kanan dan memulai pembicaraan kami dengan tersenyum.
"Woher kommst du?" (kamu asalnya dari mana?) terdengar suara terbata-bata dari arah beliau.
8 menit itu kami habiskan untuk mengobrol. Mulai dari berbincang tentang sejarah jerman dan ceko, tentang kuliah saya dan tentang dirinya yang akan melakukan oprasi lutut kirinya, dalam beberapa bulan lagi.
"Kau kapan selesai kuliahnya nak?" tanya beliau.
"Saya 2018 nek selesainya!" jawabku dengan nada mahasiswa pada umunya *hanya Allah yg tahu kapan penderitaan di kampus berakhir
Dan kau tahu apa kata nenek itu?
Sambil menatapku dengan senyuman, "2018! berarti saya sudah meninggal."
Mashaallah :'( pengen saya peluk tuh nenek.

Bus saya pun datang.
"Itu bus nya sudah datang, ayo masuk!" suara nenek yang mengkahiri pembicaraan kita.
Kami berpisah disana. Saya yang memilih duduk di samping pintu bus menengok ke arah beliau berdiri.
"Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu." gumam saya menyadari keberadaannya yang mendekat ke pintu belekang bus.
Sesegera mungkin saya turun dari tempat duduk dan berjalan ke arahnya.
Kau tahu apa kata dia?
"Kau pasti bisa! waktu sekolah guru wanita saya selalu berkata "Learning by doing". Ayo cepat masuk, pintu bus nya sudah mau ditutup."

Allah :") Ingin menangis.
Bapak ditoko tadi mengajarkan saya kesabaran,sedang nenek ini yang dikirmkan Allah untuk menyembuhkannya.

Oh ya pak! siapa bilang tak ada salju yang turun di musim semi?
Bapak di rumah ada jendela kan?
Ini, salju baru saja turun. Walaupun bukan di musim salju.
Semoga kau tak kesal dengan ku, yang tidak menanggapi perkataanmu kemarin :)
Buat nenek yang memiliki senyuman termanis, makasih sudah mengisi 8 menit saya <3

Begitulah cara Allah menghibur hambaNya. ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar