Menyembunyikannya dengan erat. Ingin terlihat biasa saja dihadapan orang lain.
"Semua akan baik-baik saja" itu katamu dalam hati. Hanya saja otakmu masih berfungsi dengan baik untuk mengatakan "Semua tak selalu seperti yang kau inginkan".
"Apa kabar?" kalimat sederhana yg digunakan dalam memulai pembicaraan. Biasanya digunakan bagi mereka yg sudah saling mengenal sebelumnya.
Aku juga sering menggunakan kalimat itu "Apa kabar?"
Dan yg kudapati, hanya beberapa orang yg mengatakan sejujurnya. Bahwa mereka tidak dalam keadaan baik. Sudah kupastikan, kalau yg menjawabnya adalah kakakku atau teman baikku (tapi jarang untuk sekarang). Bahkan mama dan bapa pun, tak semudah itu mengatakan kabar mereka sedang tidak baik.
Aku paham, mungkin mereka tidak mau membagikan masalahnya padaku. Nyatanya, aku juga sadar dan tidak menjamin, bahwa setelah mendengarkan masalah mereka, maka semuanya akan baik-baik saja.
Tapi setidaknya, biarkanlah aku tahu. Kalau bukan hanya aku, yg punya masalah di dunia ini. Tahu, bahwa aku adalah bagian dari kehidupan kalian. Merasa diperlukan, setidaknya untuk mendengarkan kisah sedih itu. Hanya saja, seseorang tak segampang itu untuk dipercaya.
Berita baiknya adalah setelah berumur 20 tahun, akhirnya sebagian dari mereka mempercayaiku. Menceritakan kesedihannya dan bersedia mendengarkan masukkan dariku. Walaupun yg ku tahu, bahwa solusi permasalahan mereka adalah tak segampang yg aku katakan.
Aku...Jika ada masalah, biasanya sebagian besar kuceritakan pada mama. Kalau kondisi mama tidak memungkinkan untuk mendengar ceritaku, baiknya ku bagikan dengan kakak perempuanku. Itu agak melegakan.Tapi kalau keduanya tidak memungkinkan, maka biasanya kutuliskan saja pada kertas atau mengetiknya di Komputer. Berdoa? aku juga melakukannya. Cuma kadang aku melupakannya.
Teman baik? Aku ada. Aku hanya canggung jika bercerita dengan mereka. Karena yang kutahu, mereka sepertinya tidak ingin mendengarkan ceritaku. Syukurnya aku sadar "Kalau seseorang hanya ingin mendengarkan apa yang mereka ingin dengarkan". Jadi tidak semua orang tertarik dengan ceritaku. Lebih dari itu, hanya kata-kata sampah yang setelah didengarkan, maka sebagian akan menjadi debu dan sebagian lainnya akan dibuang entah kemana.
Jarak ini agak melegakkan. Karena dengannya, aku bisa tahu. Siapa teman yg menetap dan yg hanya mampir untuk sekedar tahu "Bahwa aku masih hidup".
Kabar buruknya adalah aku salah satu darinya. Mengambil peran itu untuk temanku yg lain.
Habluminannas dan habluminallah (kedekatan pada manusia dan kedekatan pada Allah).
Bila tak tahu harus menceritakannya pada manusia, setidaknya ada Allah yang maha mendengar. Tak butuh orang lain untuk datang sekedar menjadi saksi, bahwa kau sedang berbincang dengan Allah. Dengan gaya bahasamu sendiri, tanpa takut ada kata yg menyinggung lawan bicara. Terlepas dari lisanmu, sesungguhnya Dia sudah tahu apa yang ingin kau keluhkan.
"Cukup bagiku Allah" adalah kalimat manjur, yang insyaallah akan menenangkan hati. Walaupun sebagai manusia biasa, ada saat dimana kalimat ini tidak semanjur yg aku pikirkan. Maksudku, tak ada masalah dengan kalimatnya, tapi dengan ikhlas atau tidaknya aku saat itu.
Berusaha menjadi dewasa, tapi jiwa hanya ingin bebas.
Berjalan kemanapun ia melangkah dan setelah lelah, lalu ada tempat untuk berlindung. Sepertinya itu cukup. Cukup untuk melarikan diri.
Menuruti kemalasan sesaat. Hanya itu.
Bukankah "kemalasan hanya datang bagi mereka, yang masa depannya akan menjadi baik?" (sudahlah..seperti sedang menenangkan diri saja)
Baiklah! Tunggu saja, sedikit lagi. Pasti semuanya akan berlalu. Aku hanya perlu, mengandalkan sandaran saat akan terjatuh. Sandaran dari annas dan Allah. dari manusia dan Tuhan. Mungkin sandaran akan slalu ada, apalagi dari Sang pencipta. Yang aku khawatirkan adalah diriku. Mampukah aku bersandar? atau hanya ikhlas terjatuh karena terlalu lelah setelah mengejar dunia?
Berharap tubuh ini, setidaknya hanya bersandar pada Allah. Bersandar lebih kuat dibandingkan sandaran pada dunia dan seisinya.Tak perlu khawatir "Ini hanya resiko menjadi muda".
Karna pada akhirnya "Manusia hanya ingin mendengarkan, apa yang ingin mereka dengarkan". Jadi jangan buang waktu untuk berbicara dengan orang yang salah. Pastika kalau dia ingin mendengarkan.
"Cukup bagiku Allah".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar