Jam Pelajaran Penjas siang itu, materinya adalah praktek lomba lari estafet. Setiap kelompok terdiri dari 3 orang dan melawan 4 kelompok lainnya. Ada 2 babak, pertama untuk putri dan yg kedua untuk putra. Guruku sengaja memisahkan kelompok putra dan putri. Alasannya sudah sangat jelas. Jika sampai nanti digabungkan, entah apa yg terjadi. Kami selaku kaum hawa, pasti akan dimarahi tanpa ampun karna berlari dengan lemah gemulai.
Singkat cerita, tentu saja kelompok putri dimenangkan oleh kelompok kami. Bukan karena penulis menghebatkan diri tanpa perlawanan, tapi memang waktu SD, aku cukup baik untuk berlari dibandingkan menghitung. Yuhuuuu...tapi itu dulu, waktu badan masih blm melebar kesamping.
Sekarang giliran tim putra. Karena tingkat kegilaan kami para cewek masih blm terkendalikan, jadi rata-rata dari kami, sudah memilih jagoan cowok masing2. Entah itu dalam hati atau bahkan berani untuk bertarung dengan pilihan teman cewek yg lain. Jangan tanyakan kabarku saat itu. Tanpa diajak taruhan, aku juga sudah menyiapkan jagoan sendiri.
Sekarang giliran p'guru mengambil aba-aba. Semua pandangan kami, tertuju pada pelari pertama.
"Bersedia....Siap! Mulai.... "
Entah nama siapa yg diteriakan para wanita kecil ini, yang pasti saat itu, cukup rame dilapangan. Ya...walaupun cuma satu kelas. Tapi jangan salah dgn volume kecemprengan dari suara kami. Jagoanku sudah siap berdiri di baris keempat *si penentu kemenangan. Dia cukup pandai untuk berlari, tp diluar dari pada itu, dia adalah siswa pindaha yg ganteng.
Oh itu dia, tongkat estafet tadi sudah ada digenggamannya. "Dia sudah berlari, semoga bisa sampai ke garis finish duluan." Sambil memandangnya dengan berdoa. Dannnnnnnn...."Sreeeeeeet" suara itu. Oh tidak, dia terjatuh. Aku harus kesana! Sesegera mungkin, ku ambil langkah pertama untuk berlari ke arahnya. "Kau tak apa?" tanyaku, sambil memegang bahunya. "Itu ada luka..lututku berdarah!!!!" Katanya sambil menjawab sapaku dengan raut wajah panik dan tiba-tiba menangis. "Hwaaaa mamaaaa..itu ada darah!" suara tangisannya semakin memecah.
Aku yg sejak tadi berniat menenangkannya, tiba-tiba ikut panik juga. "Sini aku bantu, ayo ikut aku ke UKS membersihkan lukamu." Ajakku sembari meletakkan lengan kanannya di bahu kananku. Sebagai ketua kelas dan pengagum rahasia yg baik, p'guru dengan mudahnya mempercayaiku untuk menanganinya dengan cinta *eaaaa hahaha...Sampai di UKS, secepat mungkin aku membantu membersihkan luka jagoanku dengan alkohol, betadin dan menutupnya dengan kain kasa dan plester kasih sayang *luka bukan tambah sembuh, yg ada kaki di amputasi haha becanda.
Sambil menghilangkan debu dibajumu, kau menoleh kearahku, segera meanghapus air matamu dan tersenyum kearahku. "Makasih, sudah bantuin kesini. Kamu bisa kembali kelapangan!" Apa jawabku? "tidak! Aku ingin bersama denganmu disini." jhahaha korban ftv. Tidaklah! setelah menaruh barang2 P3K kembali, aku langsung menuju lapangan.
Kau bukan cinta pertama, bukan pangeran kecil ataupun sahabat. Agak sulit mendeskripsikan peranmu dimasa kecilku. Tidak perlu berterimakasih. Cukup menangis dan tersenyum didepanku seperti itu, mungkin akan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar