Entahlah kapan tepatnya pertama kali kita bisa sedekat ini.
Yang pasti, saat jarak semakin merentang, aku justru semakin dekat denganmu.
Dari sekian banyak wanita, trimakasih karena telah bertegur sapa denganku.
Menanyakan kabarku, berbagi hal yg kau sukai, tertawa bersama dan berbagi nasehat. Itu sudah cukup, bagi pengagummu ini.
Aku hanya tak menyangkan, orang sedingin kau, bisa senyaman ini.
Tak sadar, lisanku mengiring doa setulus-tulusnya untukmu.
"Semoga dimudahkan segala urusanmu disana"
Aku bingung, harus senang karena kita berteman atau harus bersedih karena kita hanya berteman.
Hanya berteman...
Walaupun aku tak tahu akhrinya seperti apa, aku yakin akan tahu segalanya jika menunggu.
Sempat mengagumimu, tapi kau tahulah temanmu yang satu ini dulunya seperti apa.
Hanya mengagumimu, tidak lebih. Mungkin karena wajah teduhmu yg dihiasi butiran wudhu?
Atau mungkin kau terlihat berbeda dengan lelaki disekitarmu?
Aku tak tahu pasti.
Yang aku tahu, tak ada fikiran untuk memilikimu.
Menjadi temanmu sudahlah cukup.
Hingga kini, aku tak yakin kata sudah cukup itu masih ada.
Berfikir positiv bahwa ini normal, jika sahabat saling menyayangi.
Maksudku, ada dasar cinta didalam sebuah persahbatan.
Tapi nampaknya cinta ini lain kawan. Aku semakin tak ikhlas, jika memberi peluang kepada wanita lain yg mengagumimu pula.
Aku tahu niatmu baik, bersilaturahmi. Tapi kaupun harus tahu, kalau mereka memang ingin bermanja-manja ria dihadapanmu.
Ah sudahlah!
Kau memang seperti itu. Pura-pura tak tahu apa-apa.
Padahal jelas-jelas mereka menginginkan lebih dekat denganmu.
kawanmu ini memang seorang pencemburu.
Jika kau ingin berbagi dengan yang lainnya, maka pergi saja!
Aku masih bisa menunggu, cinta yg tak membuatku gelisah.
Cinta yg dengannya aku bisa tenang.
Seperti cinta orang dewasa.
Yang diam-diam melindungiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar