Senin, 29 Februari 2016

Rindu yang belum tersampaikan

Bismillahirahmanirahim!
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Mungkin karena baru selesai baca blog yg berbau ta'aruf jadinya sekarang agak baper ^^
sambil dengar lagu nasyid di persimpangan aku berdiri dan kau ditakdirkan untukku. Lumayanlah untuk mengantarkan angan-angan tentang masa depan.

Kadang jika berkumpul dengan teman-teman akhwat yg lain, sempat berfikir kalau masih banyak yg lebih berilmu dari saya. Kalau mungkin jodoh saya melihat kepribadian teman-teman saya yg ini, pasti dia juga akan tertarik dengan mereka. Maksud kodenya saingan kami para wanita (terutama saya) tidaklah sedikit.

"Jodoh" sebenarnya sudah ada dipersimpangan jalan. Lebih tepatnya sudah ada di rute perjalanan yg nantinya saya lewati. Tapi itu dia, karena sebagian teman saya sudah nikah. Maka sayapun ikut panik karena belum dijemput hehehe
Allah lebih tahu kapan dan dengan siapa saya nantinya. Mungkin Allah tidak pertemukan sekarang, karena saya sendiri masih belum siap dengan baik. Hanya butuh teman tertawa dan menangis. Tapi untuk berkomitmen kayaknya masih membutuhkan waktu dengan baik untuk dipikirkan terlebih dahulu. Dua dari delapan teman seliqo sudah menikah. Yuhuuu..liat foto-foto nikah mereka, cantik-cantik dan masih malu-malu gitu lagi. Dari lubuk hati yg paling dalam, saya juga sebenarnya belum siap. Tapi namanya ibadah, pasti saja selalu begitu, belum siap. Sebenarnya jodohnya yg blm datang, kalau siap gak siap mah insyaallah lah ya siap.
Semoga Allah slalu menjaga hatimu dan hatiku dari segala fitnah dunia.
Saling mendoakan agar sabar dalam menanti.
Semoga Allah merahmati dan melancarkan segala apa saja yang sedang dan akan kau lalui nantinya. Fighting!!! Jangan centil-centil disana. Hanya mengingatkan, karena memang saingan saya banyak. Jangan sok kece juga, masih banyak ilmu yg belum diamalkan dan dipelajari. Nasehat ini sebenarnya untuk saya juga sih, hanya ingin berbagi nasehat saja denganmu.
Sabar ya! Jika sekarang kau sedang menjalani ta'aruf dengan akhwat lainnya, namun batal. Maka jangan heran, calon istrimu yang ini loh mas! masih nunggu kamu datang hahahaha
Jika nanti kita dipertemukanNya lewat ta'aruf, semoga itu ta'aruf pertama dan terakhir kita ya mas! Lah kok mas hahaha...Berhubung orang jawa yg tersebar luas dimuka bumi ini Indonesia, jadinya saya manggilnya mas saja, dari sebutan "umum ke khusus" lah apa sih. Semoga ada kesengajaan yang indah saat kita bertemu nanti. Entah kita sudah pernah bertemu ataupun belum. Jikapun kau adalah orang yang sudah kukenal sebelumnya, maka itu pasti anugrah (karena kau setidaknya sudah mengetahui masa laluku dengan baik). Dan jikapun kita belum pernah sekalipun bertemu sebelumnya, maka itu pasti kejutan terbaik dari Allah. Mendapati teman yg insyaallah sehidup sesurga.
Jika kau sedang jatuh cinta sekarang dengan yg lainnya, maka tak apa jika orang itu solehah. Aku juga akan melakukan hal yg sama jika ada diposisimu saat ini. Namun ingatlah! bahwa itu normal. Tergantung caramu dalam mengungkapkannya. Semoga Allah menjagamu dari fitnah kaum kami. Allah..Allah..tolong jaga ia untukku. Bersabarlah! semua akan baik-baik saja. Secepatnya kita akan bertemu dipersimpangan jalan. Aku akan berdiri disana dengan senyum terbaik milikku.
Sekali lagi...semoga Allah merahmatimu dengan segala kasih sayanngnya.
Wassalamualaikum sahabat terbaikku!

Minggu, 28 Februari 2016

Cukup bagiku Allah

Menyembunyikannya dengan erat. Ingin terlihat biasa saja dihadapan orang lain.
"Semua akan baik-baik saja" itu katamu dalam hati. Hanya saja otakmu masih berfungsi dengan baik untuk mengatakan "Semua tak selalu seperti yang kau inginkan".

"Apa kabar?" kalimat sederhana yg digunakan dalam memulai pembicaraan. Biasanya digunakan bagi mereka yg sudah saling mengenal sebelumnya.
Aku juga sering menggunakan kalimat itu "Apa kabar?"
Dan yg kudapati, hanya beberapa orang yg mengatakan sejujurnya. Bahwa mereka tidak dalam keadaan baik. Sudah kupastikan, kalau yg menjawabnya adalah kakakku atau teman baikku (tapi jarang untuk sekarang). Bahkan mama dan bapa pun, tak semudah itu mengatakan kabar mereka sedang tidak baik.
Aku paham, mungkin mereka tidak mau membagikan masalahnya padaku. Nyatanya, aku juga sadar dan tidak menjamin, bahwa setelah mendengarkan masalah mereka, maka semuanya akan baik-baik saja.

Tapi setidaknya, biarkanlah aku tahu. Kalau bukan hanya aku, yg punya masalah di dunia ini. Tahu, bahwa aku adalah bagian dari kehidupan kalian. Merasa diperlukan, setidaknya untuk mendengarkan kisah sedih itu. Hanya saja, seseorang tak segampang itu untuk dipercaya.

Berita baiknya adalah setelah berumur 20 tahun, akhirnya sebagian dari mereka mempercayaiku. Menceritakan kesedihannya dan bersedia mendengarkan masukkan dariku. Walaupun yg ku tahu, bahwa solusi permasalahan mereka adalah tak segampang yg aku katakan.

Aku...Jika ada masalah, biasanya sebagian besar kuceritakan pada mama. Kalau kondisi mama tidak memungkinkan untuk mendengar ceritaku, baiknya ku bagikan dengan kakak perempuanku. Itu agak melegakan.Tapi kalau keduanya tidak memungkinkan, maka biasanya kutuliskan saja pada kertas atau mengetiknya di Komputer. Berdoa? aku juga melakukannya. Cuma kadang aku melupakannya.

Teman baik? Aku ada. Aku hanya canggung jika bercerita dengan mereka. Karena yang kutahu, mereka sepertinya tidak ingin mendengarkan ceritaku. Syukurnya aku sadar "Kalau seseorang hanya ingin mendengarkan apa yang mereka ingin dengarkan". Jadi tidak semua orang tertarik dengan ceritaku. Lebih dari itu, hanya kata-kata sampah yang setelah didengarkan, maka sebagian akan menjadi debu dan sebagian lainnya akan dibuang entah kemana.
Jarak ini agak melegakkan. Karena dengannya, aku bisa tahu. Siapa teman yg menetap dan yg hanya mampir untuk sekedar tahu "Bahwa aku masih hidup".
Kabar buruknya adalah aku salah satu darinya. Mengambil peran itu untuk temanku yg lain.

Habluminannas dan habluminallah (kedekatan pada manusia dan kedekatan pada Allah).
Bila tak tahu harus menceritakannya pada manusia, setidaknya ada Allah yang maha mendengar. Tak butuh orang lain untuk datang sekedar menjadi saksi, bahwa kau sedang berbincang dengan Allah. Dengan gaya bahasamu sendiri, tanpa takut ada kata yg menyinggung lawan bicara. Terlepas dari lisanmu, sesungguhnya Dia sudah tahu apa yang ingin kau keluhkan.

"Cukup bagiku Allah" adalah kalimat manjur, yang insyaallah akan menenangkan hati. Walaupun sebagai manusia biasa, ada saat dimana kalimat ini tidak semanjur yg aku pikirkan. Maksudku, tak ada masalah dengan kalimatnya, tapi dengan ikhlas atau tidaknya aku saat itu.
Berusaha menjadi dewasa, tapi jiwa hanya ingin bebas.
Berjalan kemanapun ia melangkah dan setelah lelah, lalu ada tempat untuk berlindung. Sepertinya itu cukup. Cukup untuk melarikan diri.
Menuruti kemalasan sesaat. Hanya itu.
Bukankah "kemalasan hanya datang bagi mereka, yang masa depannya akan menjadi baik?" (sudahlah..seperti sedang menenangkan diri saja)

Baiklah! Tunggu saja, sedikit lagi. Pasti semuanya akan berlalu. Aku hanya perlu, mengandalkan sandaran saat akan terjatuh. Sandaran dari annas dan Allah. dari manusia dan Tuhan. Mungkin sandaran akan slalu ada, apalagi dari Sang pencipta. Yang aku khawatirkan adalah diriku. Mampukah aku bersandar? atau hanya ikhlas terjatuh karena terlalu lelah setelah mengejar dunia?
Berharap tubuh ini, setidaknya hanya bersandar pada Allah. Bersandar lebih kuat dibandingkan sandaran pada dunia dan seisinya.Tak perlu khawatir "Ini hanya resiko menjadi muda".

Karna pada akhirnya "Manusia hanya ingin mendengarkan, apa yang ingin mereka dengarkan". Jadi jangan buang waktu untuk berbicara dengan orang yang salah. Pastika kalau dia ingin mendengarkan.
"Cukup bagiku Allah".

Sabtu, 27 Februari 2016

Kunjungan Bupati kaimana ke Jerman

6 jam itu sudah cukup untukku kiki emotikon heart emotikon :')
Untuk kesekian kalinya wajah ikhlas itu terseyum padaku.
Wajah yang 3 tahun lalu terakhir kutemui, wajah sang optimisme sejati dengan kedisplinan yg tinggi.
Wajah itu, terlihat sangat senang menatap wajahku. Ada Sedikit rasa bangga yang terpancar dari wajahnya, seperti berkata masih didepan pintu nak, masih jauh, terus melangkah! sambil merangkul bahuku beliau berkata "Bagamaina kabarnya nak? dimana renye?" sambil bercakap menanyakan kabar, Aku melirik jam di pergelangan tangan kananku menunjukkan pukul 15.13.

Entah mengapa saat beliau merangkulku, air mata yg menggambarkan kesenangan krn bertemu dengan mereka dan kelelahan perjalan 2 tahun ini, aku ingin menangis didepannya dan berkata "kalau ini tidak segampang yg aku pikirkan, apakah mencari ilmu itu sulit seperti ini pak?" namun nampaknya air mataku kali ini telah dikalahkan oleh rasa senang, walaupun pertemuan siang itu hanya beberapa saat, namun mampu mengalahkan lelahku selama ini.

"Di orang pu negara itu harus rajin belajar, jangan malas-malas eh!" kata beliau dengan nada khasnya yg renda. Nampaknya beliau tak sendiri ada beberapa pejabat yg datang bersamanya. Mereka memang ada urusan di eropa, aku tak tahu pasti itu ttg apa, yg pasti terkait pendidikan di kaimana. Beliau juga sepertinya rindu denganku hihihi (rindu apa waktu itu bapa ada hajar kami satu kelas dengan rotan baru).

Hal ini terlihat ketika kami ingin berkeliling sedikit di kota würzburg, germany itu. Sebelum naik di Bus milik org belanda yg sengaja di carter Rombongan Pejabat itu, kami sempat mencari-cari tempat duduk, mataku tertuju pada baris belakang bus. Nampaknya si bapa membacanya dan terdengar suara beliau dari baris tempat duduk didekat pintu bus " Siti ko mo kemana, duduk di sini deng bapa!" bedeh hahaha Senang dongg guyssss, kepsek yg dulunya aku anggap dingin, berwibawa dan jarang senyum (eh nggak deng murah senyum tpi kadang-kandang *yah apa bedanya sitiiiiiiiiii) 
squint emotikon manggil duduk di sampingnya dong. Nggak disamping banget sih, aku di lajur kanan, si bapanya duduk dilanjur kiri. *apa sih lajur-lajur, yah gitu deh, tpi ngertikn maksud saya kn setiap bus cuma ada 2 tempat duduk yg bergandengan tapi akau disamping kanannya. maap ya kalau nggak ngerti grin emotikon Waktu itu kita ke istana peninggalan hitler di atas gunung, liat-liat Universität sama Fachhochschulenya. abis itu makan malam. Kali ini pak guru tidak semeja denganku, karena beliau diminta apa Bupati untuk duduk semeja denganya. maklumlah skrng kan beliau sdh menjabat jadi kepala Dinas pendidikan.

Oh iya, kita makannya di rumah makan China yg tehnya kagak pernah pake gula itu loh. Abis makan, sempat foto-foto langsung deh jabat tangan dan berpisah di depan rumah makan itu. Kebetulan aja tu rumah makan di samping Halte bus ama Stasiun kereta. jadi kita pulangnya bisa naik Bus yg lain dan mereka pulang ke hotel biar gak ngerepotin.

Pas waktu foto depan resaturant itu kan desak-desakkan nih, nah trus aku sdkt bingung mau berdiri dimana secara kan ada 14 org tu dari kaimana, trus ada 8 org anak2 kaimana yg di wuerzburg sendiri sama beberapa pendamping mereka. Eh tadi sampe mana? Oh iya desak-desakkan, nah trus disamping beliau ada tempat kosong dan langsung aja panggil " Sitti sini samping bapa, di situ sempit." Dalam hati, " tahu juga yah si bapa kalau anak muridnya narsis" hehehe..

Canda Tawa dan nasehat untuk selama 6 jam itu, setidaknya sudah mengobati rasa rindu pada kampung halaman, pada bahasa arguni yg sempat dilontarkan bapak Harun sabuku melalui nasehat2 beliau. Gurauan Bapak Abdurahim Furuada di atas Bus dlm perjalanan sontak membuatku meangis dan tertawa "Kitong skrng ini belum bisa bangga dengan kam, ktg yg dari kampung bodoh2 ni, cuma tau kam ada di jerman, nnti kalau kam sudah sukses baru bikin apa untuk papua btu, khususnya ktg pu kaimana baru bapa dong bisa bangga dengan kam pu kerja keras, mngkn nnti bapa dong su tua baru dengar bgni, dong bilang itu anak papua sapa yang su jadi bos besar di perusahan jerman itu, tuhar eh dong bilang anak papua sj ktg su senang apalagi bilang anak kaimana, itu mungkin ktg yg su trabisa jalan juga langsung kembali muda k'pa hahahaha.." 

lain dengan bapatua harun sabuku " ktg ini dulu masih kecil kalau su bermain dgn anak2 lain di kampung itu, dengar bgni pesawat ko mulai lewat di atas, langsung deng mulai taruh permainan dulu baru kasih dada-dada pesawat sampeee brng itu de su lewat bru main lagi, mo kmorang skrng ini su naik akan sampe di eropa sini, pu jauh apa lagi.
Orang2 tua ni kalau su liat ktg dada2 pesawat tu tinggal blg "maka itu belajar baik2 la naik pesawat itu" dan skrng memang benar dong naik pesawat tanpa dong sadari su jadi org besar. Moe kasian! yang tadinya tertawa jd menangis krn teringat cerita papa di rmh yg dayung dari arguni ke kaimana 2 hari perjalan krn mau pergi sekolah polisi di fak2.

Dong pu keringat ini sudah yg skrng jadi ktg ini, makan roti deng keju dijerman sini, main2 salju, itu krn dorang sdh. Syukur saja waktu itu lampu bus mati jadi tidak kelihatan kalau ada yg menangis dlm bus, tanpa suara k'in hehehe.. And thennnn kita berpamitan, entah kapan lagi kita akan bertemu, entah kapan lagi nasehat mereka bisa kudengar seakrab ini. entah kapan kami bisa seperti yg mereka harapkan. Satu hal yg bapa dong musti tahu, ktg pu darah ini dari satu moyang, tramungkin ktg trada niat untuk bangun kampung itu. Kulit deng rambut itu bisa menyangkal tanah, tpi hati ini trabisa.

Teman kecil

Jam Pelajaran Penjas siang itu, materinya adalah praktek lomba lari estafet. Setiap kelompok terdiri dari 3 orang dan melawan 4 kelompok lainnya. Ada 2 babak, pertama untuk putri dan yg kedua untuk putra. Guruku sengaja memisahkan kelompok putra dan putri. Alasannya sudah sangat jelas. Jika sampai nanti digabungkan, entah apa yg terjadi. Kami selaku kaum hawa, pasti akan dimarahi tanpa ampun karna berlari dengan lemah gemulai.
Singkat cerita, tentu saja kelompok putri dimenangkan oleh kelompok kami. Bukan karena penulis menghebatkan diri tanpa perlawanan, tapi memang waktu SD, aku cukup baik untuk berlari dibandingkan menghitung. Yuhuuuu...tapi itu dulu, waktu badan masih blm melebar kesamping.
Sekarang giliran tim putra. Karena tingkat kegilaan kami para cewek masih blm terkendalikan, jadi rata-rata dari kami, sudah memilih jagoan cowok masing2. Entah itu dalam hati atau bahkan berani untuk bertarung dengan pilihan teman cewek yg lain. Jangan tanyakan kabarku saat itu. Tanpa diajak taruhan, aku juga sudah menyiapkan jagoan sendiri.
Sekarang giliran p'guru mengambil aba-aba. Semua pandangan kami, tertuju pada pelari pertama.
"Bersedia....Siap! Mulai.... "
Entah nama siapa yg diteriakan para wanita kecil ini, yang pasti saat itu, cukup rame dilapangan. Ya...walaupun cuma satu kelas. Tapi jangan salah dgn volume kecemprengan dari suara kami. Jagoanku sudah siap berdiri di baris keempat *si penentu kemenangan. Dia cukup pandai untuk berlari, tp diluar dari pada itu, dia adalah siswa pindaha yg ganteng.
Oh itu dia, tongkat estafet tadi sudah ada digenggamannya. "Dia sudah berlari, semoga bisa sampai ke garis finish duluan." Sambil memandangnya dengan berdoa. Dannnnnnnn...."Sreeeeeeet" suara itu. Oh tidak, dia terjatuh. Aku harus kesana! Sesegera mungkin, ku ambil langkah pertama untuk berlari ke arahnya. "Kau tak apa?" tanyaku, sambil memegang bahunya. "Itu ada luka..lututku berdarah!!!!" Katanya sambil menjawab sapaku dengan raut wajah panik dan tiba-tiba menangis. "Hwaaaa mamaaaa..itu ada darah!" suara tangisannya semakin memecah.
Aku yg sejak tadi berniat menenangkannya, tiba-tiba ikut panik juga. "Sini aku bantu, ayo ikut aku ke UKS membersihkan lukamu." Ajakku sembari meletakkan lengan kanannya di bahu kananku. Sebagai ketua kelas dan pengagum rahasia yg baik, p'guru dengan mudahnya mempercayaiku untuk menanganinya dengan cinta *eaaaa hahaha...Sampai di UKS, secepat mungkin aku membantu membersihkan luka jagoanku dengan alkohol, betadin dan menutupnya dengan kain kasa dan plester kasih sayang *luka bukan tambah sembuh, yg ada kaki di amputasi haha becanda.
Sambil menghilangkan debu dibajumu, kau menoleh kearahku, segera meanghapus air matamu dan tersenyum kearahku. "Makasih, sudah bantuin kesini. Kamu bisa kembali kelapangan!" Apa jawabku? "tidak! Aku ingin bersama denganmu disini." jhahaha korban ftv. Tidaklah! setelah menaruh barang2 P3K kembali, aku langsung menuju lapangan.
Kau bukan cinta pertama, bukan pangeran kecil ataupun sahabat. Agak sulit mendeskripsikan peranmu dimasa kecilku. Tidak perlu berterimakasih. Cukup menangis dan tersenyum didepanku seperti itu, mungkin akan lebih baik.

Jumat, 19 Februari 2016

Hening

Hening

Apa kau merasakannya?
Hening itu?
Aku merasakannya.

Maaf! Mungkin hening ini, terlalu hening untuk kau dengarkan.
Maaf juga karena membuatmu bingung.
Aku pun sama bingungnya denganmu.
Aku mengetahui ada hening disni, hanya saja diamku membuat lupa.
Lupa dengan apa yg ingin kusampaikan kepadamu.

Maukah kau berbagi keheningan itu denganku?
Walaupun sampai sekarang, bukan kata itu yg ingin kuucapkan padamu.
Ada hening yg ingin kusampaikan.

Jika waktuku tiba nanti.
Maukah kau mendengar keheninganku?
Aku tak meminta balasan kata darimu.
Karna yg aku butuh adalah heningmu.

Cukup dengan heningmu, ada heningku disana.
Jangan bosan, karena tak ada kata disana.
Percayalah, rasa ini bukan menghilang, malah semakin bertambah.
Biarlah heningmu, menghadirkan diamku.

Keheningan itu, aku menikmatinya.
Cukup hanya aku.
Dan jika kau ingin bergabung dengan heningku, cukup menangis dan tertawa lah dihadapanku.
Karena dengan begitu, setidaknya aku paham apa yang kau rasakan.
Bahuku akan selalu ada, jika kau memerlukannya.
Sesekali bersandarlah, jika kau membutuhkan!

Aku tahu, orang sepertimu akan sulit untuk rapuh dihadapanku.
Aku tak akan mengejek, apalagi meremehkanmu.
Karna yang kutahu.
Jalan yg kau tempuh, tak semudah itu.